Rombak Komisaris, BEI Ingin Jadi Bursa Terkemuka ASEAN Pada 2020
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu, 21 Juni 2017, kemarin. Hasilnya, pemegang saham menyetujui perombakan jajaran komisaris dan tetap mempertahankan target untuk menjadi bursa terkemuka di Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2020.
Direkur Utama BEI Tito Sulistio menuturkan, perombakan jajaran komisaris ini dilakukan karena adanya dua anggota yang berakhir masa jabatannya. Kedua orang tersebut yakni Robinson Simbolon sebagai Komisaris Utama dan Hari Purwantono sebagai Anggota Komisaris.
(Baca juga: BEI: Keuntungan IHSG Tertinggi di Dunia Sepanjang 2006-2016)
Dalam RUPST tersebut, pemegang saham menyetujui pengangkatan calon anggota Dewan Komisaris yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan surat nomor: S-309/D.04/2017 perihal Penyampaian Daftar Calon Anggota Dewan Komisaris PT BEI Masa Jabatan 2017-2020.
Dengan demikian, kedua orang yang masa jabatannya habis tersebut digantikan oleh John A Prasetyo sebagai Komisaris Utama dan Inarno Djajadi sebagai Anggota Komisaris. Sedangkan, Anggota Komisaris lainnya tidak berubah yakni Garibaldi Thohir, Hendra H. Kustarjo, dan Lydia Trivelly Azhar. "RUPST ini dihadiri oleh 103 pemegang saham atau 98,10 persen dari jumlah pemegang saham yang memiliki suara," ujar Tito dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu 921/6).
Para pemegang saham, jajaran komisaris, dan direksi juga mempertahankan master plan BEI 2016-2020. Tito mengatakan, Master Plan BEI 2016-2020 memproyeksikan BEI menjadi bursa efek terkemuka di Asia Tenggara mulai tahun 2020. BEI pun telah menyusun empat pilar untuk mencapai hal tersebut.
(Baca juga: Antisipasi Risiko Libur Panjang Bursa, Investor Disarankan Beli Saham)
Pertama, penambahan jumlah investor aktif. Hingga akhir tahun 2016, terdapat 187.268 investor yang aktif bertransaksi. Angka ini meningkat 21,3 persen dari tahun 2015. Jumlah investor aktif di 2016 mencerminkan 35 persen dari total investor sebanyak 535.994 investor yang terdaftar Single Investor Identification (SID). Jumlah ini meningkat 23,47 persen dari jumlah SID pada akhir tahun 2015, yang menunjukan upaya untuk terus menambah jumlah investor perorangan (ritel) di Pasar Modal Indonesia.
Kedua, peningkatan jumlah perusahaan tercatat. Hal ini dilakukan melalui pendirian Pusat Informasi Go Public (PIGP). Keberadaan PIGP diharapkan memudahkan calon Perusahaan Tercatat mengakses data dan memperoleh informasi tentang bagaimana mencatatkan saham di BEI. Di tahun 2016 BEI telah membuka lima PIGP di 5 kota besar yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
(Baca juga: Ikuti Pemerintah, Bursa Saham Libur Panjang 23-30 Juni 2017)
Ketiga, penguatan Anggota Bursa dan ketahanan industri Pasar Modal Indonesia. Hal ini dilakukan dengan cara merelaksasi margin yang bertujuan mendorong anggota bursa untuk dapat bertransaksi lebih banyak saham secara margin yang ditandai dengan pendirian PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) pada 26 Desember bersama dengan Self Regulatory Organization (SRO) lainnya.
Keempat, meningkatkan jumlah Wakil Perantara Perdagangan Efek. Untuk itu, BEI ekerjasama dengan The Indonesia Capital Market Institute (TICMI). Hingga, ahkir tahun 2016, BEI melakukan penambahan 814 Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE), 1.151 WPPE Pemasaran, 193 WPPE Pemasaran Terbatas, 641 Wakil Manajer Investasi (WMI), dan 41 Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM). BEI pun mendukung program Amnesti Pajak serta melakukan penguatan pada infrastruktur perdagangan dengan melakukan inisiasi rencana kerja Pembaruan Sistem Perdagangan.