Bursa Saham Asia Merah Usai Pernyataan The Fed, IHSG Pimpin Pelemahan

Martha Ruth Thertina
3 Mei 2018, 12:17
IHSG
Arief Kamaludin|KATADATA

Mayoritas indeks di bursa Asia bergerak di zona merah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) menyatakan inflasi mendekati target meski belum ada kenaikan lanjutan bunga acuan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat paling terpukul.

Pada perdagangan Kamis (3/5) pukul 11.40 WIB, IHSG turun 2,01% ke level 5.891. Saham-saham bluechip yang tergabung dalam LQ45 juga terpukul, turun 2,36%. Mengacu pada data RTI, investor asing kembali membukukan penjualan bersih (net sell). Jika dilihat sejak awal tahun, net sell mencapai Rp 33 triliun.

Mayoritas indeks di negara berkembang juga melemah tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang turun 0,4%. Beberapa indeks utama Asia juga melemah. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,66%, sementara itu indeks Nikkei 225 dan Topix di Jepang turun tipis masing-masing 0,16% dan 0,15%, demikian juga CSI 300 di Tiongkok turun tipis 0,09%.

Penurunan indeks di bursa Asia mengekor bursa AS. Sebelumnya, Dow Jones dan S&P 500 ditutup turun masing-masing 0,72%. Di sisi lain, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia tercatat masih kuat, tercermin dari indeks DXY yang berada di level tertingginya sejak akhir tahun lalu yaitu di kisaran 92,4-92,7. Sementara itu, imbal hasil surat utang AS (US Treasury) tenor 10 tahun tercatat kembali naik meski masih di bawah 3%.

Adapun The Fed tengah dalam proses untuk menaikkan bunga acuannya secara gradual ke level normal seiring perbaikan ekonomi AS. Kenaikan bunga acuan dengan mempertimbangkan target inflasi dan tingkat pengangguran. The Fed melansir inflasi tahunan secara keseluruhan maupun inflasi di luar pangan dan energi telah mendekati target 2%.

Terakhir kali, The Fed menaikkan bunga acuan pada Maret 2018 ke level 1,5-1,75%. Dalam prediksi yang dirilis saat rapat 1-2 Mei lalu, para petinggi The Fed terbagi soal ekspektasi kenaikan bunga acuan yaitu sebanyak tiga kali atau empat kali tahun ini. Namun, mayoritas masih tiga kali.

Kenaikan bunga acuan The Fed jadi perhatian terutama di negara berkembang lantaran dikhawatirkan bakal memicu arus keluar dana asing dari pasar modal. Merespons kondisi tersebut, bank sentral Singapura dan Malaysia telah menaikkan bunga acuan.

(Baca juga: BI Tak Ragu Naikkan Bunga Acuan Jika Kurs Rupiah Bahayakan Stabilitas)

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan bunga acuan di level 4,25%, namun Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan tidak akan ragu menaikkan bunga acuan. "BI membuka kemungkinan kalau diperlukan, tidak akan ragu untuk melakukan penyesuaian BI 7 Days Repo Rate bila kondisi nilai tukar membahayakan stabilitas sistem keuangan dan membahayakan target inflasi," kata dia.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...