Tumbuh Melambat, Uang Beredar per Juni 2020 Rp 6.393,7 Triliun

Agatha Olivia Victoria
30 Juli 2020, 14:02
Bank indonesia, uang beredar, likuiditas perbankan
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. BI mencatat jumlah uang beredar hingga Juni 2020 mencapai Rp 6.393,7 triliun.

Bank Indonesia mencatat uang beredar dalam arti luas atau M2 pada Juni sebesar Rp 6.393,7 triliun, tumbuh melambat dari 10,4% pada Mei menjadi 8,2%. Perlambatan terjadi meski BI telah menyuntikkan likuiditas ke perbankan hingga ratusan triliun rupiah.

"Perlambatan M2 terjadi pada seluruh komponennya. baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham,"  ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Jakarta, Kamis (30/7).

Uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 74,1% dengan nilai sebesar Rp 4.735,0 triliun tumbuh melambat dari 10,5% menjadi 8,1%. Ini seiring dengan perlambatan tabungan dan giro valas. Sejalan dengan hal tersebut, surat berharga selain saham juga tumbuh melambat dari 37,5% menjadi 31,4%. Perlambatan terutama didorong oleh penurunan kewajiban akseptasi pada perusahaan korporasi nonfinansial dalam rupiah.

Adapun yang bererdar dalam arti sempit atau M1 juga tercatat tumbuh melambat dari 9,7% menjadi 8,2% pada bulan laporan. Hal ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro rupiah dari 16,4% menjadi 11% karena penurunan saldo nasabah korporasi.

Sementara itu, dana float alias saldo uang elektronik yang diterbitkan bank turun 9,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang negatif hingga 26,7%.

Uang elektronik tercatat Rp 2,6 triliun, dengan pangsa 0,16% terhadap M1. Di sisi lain, posisi uang kartal di masyarakat di luar perbankan dan BI)tercatat Rp 651,8 triliun atau tumbuh 4,2%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 1,4%.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan M2 disebabkan oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih dan penyaluran kredit. Aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 12,1%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,2%.

Hal tersebut disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk sejalan derngan penurunan valuasi aset luar negeri berdenominasi valas karena penguatan nilai tukar.

Sementara itu, aktiva dalam negeri bersih tercatat melambat dari 7,9% menjadi 7%. Ini seiring dengan perlambatan penyaluran kredit. Penyaluran kredit melambat dari 2,4% menjadi 1%. Perlambatan terjadi pada kredit produktif yakni kredit modal kerja serta kredit investasi.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...