Rupiah dan Mata Uang Asia Lain Menguat Akibat Pelemahan Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 0,10% ke level 16.220 pada perdagangan Rabu (24/4). Mayoritas mata uang Asia pun bergerak menguat terhadap dolar AS.
Melansir Bloomberg, baht Thailand menguat 0,13%, ringgit Malaysia 0,10%, yuan Cina 0,02%, rupee India 0,03%, peso Filipina 0,26%, dolar Singapura 0,12%, dolar Hong Kong 0,02%, dan yen Jepang 0,02%.
Analis pasar uang, Lukman Leong menilai rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan oleh dolar AS yang melemah setelah data PMI yang lebih lemah dari perkiraan.
“Investor juga mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga pada rapat dewan gubernur Bank Indonesia sore ini,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Rabu (24/4).
Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang 16.100-16.250.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra pun menilai rupiah berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS dengan meredanya konflik Israel-Iran dan data purchase manufacturing index (PMI) AS yang menurun. Indeks Manajer Pembelian atau purchase manufacturing index adalah indeks arah tren perekonomian yang berlaku di sektor manufaktur dan jasa.
Dari Timur Tengah, Israel dan Iran tidak lagi memberikan komentar baru yang meningkatkan ekskalasi konflik sehingga kekhawatiran pasar mereda.
“Di sisi lain, bila ada komentar dari petinggi pemerintahan yang memanasi konflik di Timur Tengah, pelaku pasar bisa kembali ke mode safe haven dan mendorong penguatan dolar lagi,” ujar Ariston.
Dia mengatakan, data yang dirilis semalam menunjukkan bahwa PMI AS bulan Maret lebih rendah dari bulan sebelumnya. Itu artinya aktivitas manufaktur dan sektor jasa AS menurun dan bisa membuka jalan untuk pemangkasan suku bunga acuan AS.
Ia menilai data ekonomi AS masih akan mempengaruhi ekspektasi pasar soal kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS. Potensi penguatan rupiah hari ini ke kisaran 16.150-1.6130, dengan potensi resisten di kisaran 16.230.