Ancaman Resesi Lebih Dalam dari Rencana Jakarta Perketat Lagi PSBB
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar mulai Senin (10/9) akan memberikan dampak pahit bagi perekonomian. Resesi ekonomi yang sudah hampir pasti terjadi pada kuartal ketiga ini diprediksi bakal lebih dalam dari perkiraan awal.
Ketua Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin mengatakan sumber krisis ekonomi saat ini bukanlah dari segi keuangan seperti krisis-krisis terdahulu, tetapi dari aspek kesehatan. Untuk itu, penanganan kesehatan harus menjadi prioritas dalam penanganan pandemi Covid-19.
"Seberapa besar anggaran yang dikeluarkan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan PEN untuk menangani masalah tersebut tidak akan cukup jika krisis kesehatan belum terselesaikan. Karena itu penanganan kesehatan harus menjadi prioritas utama," kata Budi dalam seminar daring yang digelar Asosiasi Fintech Indonesia di Jakarta, Kamis (10/9).
Pembatasan sosial berskala besar yang membatasi kontak fisik antara manusia akan berdampak signifikan terhadap perekonomian. Apalagi, kegiatan perekonomian di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh pergerakan fisik.
"Sebaik apapun digantikan digital, tetap memang tidak bisa menstimulasi ekonomi sebaik fisik," kata dia.
Namun demikian, menurut dia, perekonomian akan semakin terpukul jika kasus Covid-19 terus meningkat dan masyarakat tak nyaman melakukan kegiatan aktivitas ekonomi. Anggaran yang digelontorkan pemerintah pun tak akan mampu memulihkan ekonomi.
Prioritas kesehatan di atas kondisi ekonomi juga sudah ditegaskan Presiden Joko Widodo sebelumnya. "Jangan sampai kita kesampingkan urusan kesehatan. Urusan Covid-19 belum tertangani dengan baik, tapi kita sudah men-starter, restart di bidang ekonomi. Ini juga sangat berbahaya," kata Jokowi, Senin (7/9).
Pernyataan Jokowi ini pun tak lama direspons Anies dengan mengumumkan pemberlakuan kembali PSBB secara total pada Rabu (9/9). Anies mengatakan rem darurat harus ditarik lantaran jumlah kasus baru yang terus meningkat sudah mengkhawatirkan. Ambang batas kapasitas rumah sakit juga sudah melampaui angka batas aman.
Pasien positif Covid-19 bertambah 3.861 orang per 10 September 2020. Total Kasus mencapai 207.203 dengan 147.510 pasien dinyatakan sembuh dan 8.456 orang meninggal dunia.
Di Ibu Kota Negara yang menjadi episentrum Covid-19 telah terdata ebanyak 49.837 kasus, sementara 37.245 orang dinyatakan sembuh dan total 1.347 orang meninggal dunia. Dengan demikian, angka rataan kasus positif Covid-19 di Jakarta adalah 13,2% atau di atas ketentuan aman WHO di bawah angka 5%.
Ekonom INDEF Eko Listiyanto menilai kebijakan Pemda Jakarta untuk memberlakukan kembali PSBB total akan berdampak signifikan pada perekonomian. Resesi ekonomi yang sudah hampir pasti terjadi pada kuartal III 2020 akan lebih parah dari prediksi awal.
Kendati demikian, kebijakan tersebut memang harus ditempuh pemerintah. Hal ini lantaran masyarakat tak bisa diajak kompromi untuk mendukung aspek kesehatan dan ekonomi secara bersamaan dengan disiplin melaksanakan protokol.
"Masyarakat ternyata tak bisa diajak kerja sama untuk setengah-setengah mendukung kesehatan dan ekonomi, jumlah kasus baru masih tinggi. Kalau tidak dapat dikendalikan bukan hanya menelan korban jiwa tetapi juga berdampak lebih berat ke perekonomian," ujar Eko kepada Katadata.co.id, Kamis (10/9).
Eko memperkirakan ekonomi pada kuartal III akan terkontraksi di atas 2% alias lebih tinggi dari prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 0% hingga 2% sebelum pengumuman PSBB total di Jakarta. Perekonomian di kuartal keempat pun diperkirakan bakal terkontraksi lagi.
"Kuartal IV kemungkinan akan negatif, sulit untuk positif. Sepanjang tahun ini juga kemungkinan akan minus 2% hingga 3%," katanya.
Meski demikian, Eko belum melihat tanda-tanda perekonomian mengarah ke depresi. Depresi ekonomi, menurut dia, mencerminkan kontraksi ekonomi yang terjadi terus menerus dalam jangka panjang. Sementara jika Jakarta mampu mengendalikan kasus Covid-19 berkat PSBB total, ia yakni pemulihan ekonomi bakal berlangsung cepat.
"Kita punya bonus demografi, kalau keyakinan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi lagi sudah ada karena Covid-19 tertangani dengan baik, pemulihan ekonomi akan cepat," katanya.
Ekonomi Membaik Tapi Belum Pulih
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menjelaskan, perekonomian saat ini belum sepenuhnya pulih meski data-data sudah menunjukkan perbaikan. Kebijakan PSBB total akan memberikan beban berat bagi perekonomian.
"Dampaknya pasti akan semakin berat bagi perekonomian. Tapi memang ini harus dilakukan karena fasilitas kesehatan sudah kesulitan," ujar David kepada Katadata.co.id, Kamis (10/9).
David menjelaskan Jakarta memiliki kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, PSBB secara total yang akan berlaku di Jakarta kemungkinan akan mendorong perekonomian ke resesi yang lebih dalam dari prediksi semula.
"Ekonomi kuartal tiga kemungkinan akan terkontraksi, tetapi tidak sedalam kuartal dua. Ekonomi kuartal sempat sepertinya sulit positif," katanya.
Adapun dampak pemberlakuan PSBB total akan sangat bergantung pada seberapa ketat dan lama penerapan kebijakan tersebut. Efektivitas kebijakan pun akan sangat menentukan. Demikian pula dengan langkah daerah lain, terutama daerah penyangga di sekitar Jakarta.
"Progres dari kesehatan sendiri akan sangat menentukan perbaikan ekonomi," katanya.
Meski demikian, ia memperkirakan perekonomian sepanjang tahun ini tetap akan sulit tetap di jalur positif seperti harapan pemerintah. Ekonomi sepanjang tahun ini berpotensi negatif hingga 2%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kontribusi PDB Jakarta terhadap nasional mencapai 17,58% pada kuartal kedua tahun ini. Kontribusi tersebut menurun seiring perekonomian Jakarta yang terkontraksi lebih dalam pada kuartal lalu dibandingkan ekonomi nasional.
Pada kuartal kedua, ekonomi Ibu Kota tercatat minus 8,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu seiring dampak PSBB secara total yang berlangsung hampir dua bulan dan dilanjutkan dengan PSBB masa transisi. Sementara ekonomi secara nasional terkontraksi sebesar 5,32%.
Saat ini, langkah terpenting untuk memulihkan ekonomi adalah memastikan penanganan kesehatan. Ini penting untuk membangkitkan keyakinan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas ekonomi. Menurut David, sebagian besar masyarakat terutama golongan menengah atas memilih untuk menahan belanja lantaran penananan Covid-19 belum dilakukan dengan baik dan ketidakpastian global.
Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen pada Agustus tercatat 86,9, sedikit membaik dari 86,2 pada bulan sebelumnya. Kendati demikian, IKK tersebut masih berada dalam zona pesimis lantaran berada di bawah 100.
Adapun peningkatan keyakinan konsumen juga didorong oleh masyarakat berpenghasilan Rp 2 hingga 4 juta. Menurut Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet sebagian besar masyarakat kelompok tersebut merupaka penerima berbagai bantuan sosial pemerintah, salah satunya subsidi bagi pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta. Hal ini lah yang mendorong keyakinan konsumen pada kelompok masyarakat tersebut.
Sementara keyakinan konsumen pada kelompok masyarakat berpenghasilan di atas Rp 5 juta yang justru menurun dibandingkan bulan sebelumnya. "Ini tentu bukanlah kabar yang terlalu bagus buat proses pemulihan ekonomi," kata Yusuf.
Sementara survei penjualan eceran yang juga digelar BI juga mengidikasikan penjualan eceran atau retail pada bulan lalu membaik dibandingkan Juli. Namun, kinerja penjualan tersebut masih berada dalam fase kontraksi.
Perbaikan penjualan retail terjadi seiring peningkatan daya beli masyarakat sejalan dengan guyuran insentif pemerintah. Berdasarkan survei yang dipublikasikan BI pada Rabu (9/9), Indeks Penjualan Riil Agustus diperkirakan sebesar 194,6, terkontraksi 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kontraksi pada Agustus membaik dibandingkan Juli yang negatif 12,3%.