Indonesia Masih Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Minus 0,74%

Agatha Olivia Victoria
5 Mei 2021, 11:51
ekonomi kuartal I, resesi pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Ilustrasi. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik masih lemah.

Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi kuartal I belum berhasil keluar dari resesi, tercatat minus 0,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik masih lemah. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) pada kuartal I 2021 mencapai Rp 3.969,1 triliun, sedangkan atas dasar konstan (ADHK) RP 2.693,1 triliun.

"Sehingga jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2021 masih terkontraksi 0,74%, sedangkan dibandingkan kuartal IV 2021 minus 0,96%," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers, Rabu (5/5).

Meski masih terkontraksi, menurut Suhariyanto, kontraksi semakin mengecil sejak jatuh dalam pada kuartal kedua 2021. Ia berharap ekonomi pada kuartal kedua akan semakin membaik. 

Suhariyanto menjelaskan, struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran tak berubah. Mayoritas atau 88,91% disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.

Konsumsi rumah tangga masih minus 2,23% dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto minus 0,23%. Demikian pula dengan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga atau LNPRT minus 4,53%. 

Sementara itu,  konsumsi pemerintah tumbuh positif 2,96%, begitu juga dengan ekspor dan impor yang masing-masing tumbuh 6,74% dan 5,27%. 

"Konsumsi rumah tangga masih menjadi tantangan yang harus kita hadapi. Investasi walaupun masih terkontraksi tetapi sudah mendekati nol," katanya. 

Suhariyanto menjelaskan struktur PDB berdasarkan lapangan usahanya pada tiga bulan pertama tahun ini tak berubah. Mayoritas atau 64,56% perekonomian Indonesia masih disumbang oleh lima sektor usaha, yakni  
industri, pertanian, perdagangan, konstruksi dan pertambangan. "Apa yang terjadi di lima sektor ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, apalagi jika kita melihat tenaga kerja yang bekerja di kelima sektor ini," katanya. 

Dari kelima sektor utama tersebut, menurut Suhariyanto, hanya sektor pertanian yang berhasil tumbuh 2,95% secara tahunan. Sementara itu,sektor industri masih negatif 1,38%, perdagangan minus 1,23%, konstruksi minus 0,79%, dan pertambangan minus 2,2%.

Adapun sektor yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi di luar lima sektor utama adalah informasi dan komunikasi yang mencapai 8,72%. Disusul sektor pengadaan air 5,49%. jasa kesehatan 3,46%, pertanian, pengadaan listrik dan gas 1,68%, dan real estate 0,94%.

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...