Ekspor Kinclong, Neraca Perdagangan Surplus US$ 11,9 M pada Semester I

Abdul Azis Said
15 Juli 2021, 12:01
neraca perdagangan, ekspor, ekspor impor, neraca dagang
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
BPS mencatat total impor pada Januari-Juni mencapai US$ 91,1 miliar, naik 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan pada Juni 2021 surplus US$ 1,32 miliar. Total surplus neraca perdagangan semester I tahun ini mencapai US$ 11,86 miliar. 

Kepala BPS Maryo Yuwono menjelaskan, kinerja ekspor masih meningkat pada Juni 2021 mencapai 9,52% dibandingkan bulan sebelumnya dan melesat 54,46% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 18,55 miliar. Sementara impor melonjak 21,03% dibandingkan Mei atau 239,38% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 17,23 miliar. 

"Neraca perdagangan pada Juni surplus US$ 1,32 miliar. Terlihat dari grafik, neraca perdagangan sudah surplus 14 bulan berturut-turun sejak Mei 2020. Ini kabar menggembirakan," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Kamis (15/7). 

Margo menjelaskan, ekspor migas melesat 27,23% dibandingkan Mei atau 117,15% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 1,23 milir. Ekspor nonmigas juga naik 8,45% dibandingkan Mei atau 51,35% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 17,31 miliar. 

Kenaikan ekspor terutama didorong oleh kenaikan sejumlah harga komoditas yang masih berlanjut. Harga minyak mentah Indonesia atau ICP naik 7,42% secara bulanan atau 91,47% secara tahunan, harga batu bara melonjak 21,42% secara bulanan atau 148,94% secara tahunan, nikel naik 2,29% secara bulanan atau 21,27%, secara tahunan, dan timah naik 0,79% secara bulanan atau 93,3% secara tahunan. 

Kenaikan ekspor pada Juni dibandingkan bulan sebelumnya terjadi pada seluruh sektor. Kenaikan tertinggi terjadi pada ekspor sektor pertanian mencapai 33%, disusul migas 27,23%, pertambangan 11,75%, dan industri pengolahan 7,34%. Sedangkan dibandingkan Juni 2020, kenaikan ekspor tertinggi terjadi pada sektor migas mencapai 117,15%, disusul pertambangan 92,8%, industri pengolahan 45,92%, dan pertanian 33,04%.

Berdasarkan tujuannya, kenaikan ekspor tertinggi terjadi untuk tujuan Tiongkok mencapai US$ 625,2 juta,  Amerika Serikat US$ 374,5 juta, dan Jepang US$ 252,9 juta.   "Kami melihat ekspor selama 2021 sangat menjanjikan,"  kata Margo. 

BPS mencatat total ekspor sepanjang semester pertama tahun ini mencapai US$ 102,87 miliar, naik 34,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas naik 34,6% menjadi US$ 97,06 miliar, sedangkan ekspor migas naik 48,54% menjadi US$ 5,82 miliar. 

 Sementara lonjakan impor pada Juni, menurut Margo, terutama ditopang oleh impor nonmigas yang melesat 22,06% dibandingkan Mei atau 48,8% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 14,93 miliar. Sedangkan impor migas naik 11,44% atau 239,38% menjadi US$ 2,3 miliar. 

Kenaikan impor berdasarkan penggunaannya terutama terjadi pada barang modal yang mencapai 35,03% dibandingkan Mei atau 43,42% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 2,55 miliar. Impor bahan baku juga naik 19,15% dibandingkan Mei atau 72,09% dibandingkan Juni 2020 menjadi US$ 13,04 miliar. Demikian pula dengan impor barang konsumsi yang naik 16,92% dibandingkan Mei atau 16,72% dibandingkan Juni 2020 mencapai US$ 1,64 miliar.

Kenaikan impor terbesar berasal dari Tiongkok yang mencapai US$ 758 juta, Jepang US$ 365,5 juta, dan Thailand US$ 288,1 juta.

BPS mencatat total impor pada Januari-Juni mencapai US$ 91,1 miliar, naik 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor didominasi oleh barang mencapai US$ 79,49 miliar, naik 25,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Neraca perdagangan secara kumulatif Januari-Juni 2021 surplus US$ 11,86 miliar. Ini kami harapkan menjadi kabar baik bagi perekonomian," ujar Margo.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...