Rupiah Berpeluang Menguat Ditopang Data Inflasi AS
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,08% ke level Rp 14.395 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot hari ini. Namun, analis optimistis rupiah akan menguat ditopang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai melambat di tengah kekhawatiran pasar terhadap langkah tapering off bank sentral AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak menguat ke level Rp 14.385 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB dari posisi pembukaan. Kendati demikian masih lebih rendah dari posisi penutupan kemarin di level Rp 14.383 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen jepang menguat 0,01%, diikuti dolar Taiwan 0,05%, peso Filipina 0,01%, yuan Tiongkok 0,05%, ringgit Malaysia 0,07%. Sementara dolar Hong Kong melemah 0,02% bersama dolar Singapura 0,09%, won Korea Selatan 0,24%, rupee India 0,02% dam bath Thailand 0,15%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan bergerak menguat hari ini ke level Rp 14.350, dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.400. Potensi penguatan terutama didorong rilis data inflasi Amerika Serikat bulan Juli yang tidak naik signifikan sebagaimana ekspektasi pasar.
"Hasil data tersebut menyingkirkan sementara isu tapering atau pengetatan moneter sehingga dollar AS melemah terhadap nilai tukar lainnya." kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis, (12/8).
Departemen Ketenagakerjaa AS Rabu malam merilis data indeks harga konsumen (IHK) bulan Juli 5,4% secara tahunan. Kinerja bulan sebelumnya juga berada di angka yang sama yang merupakan inflasi tertinggi sejak Agustus 2008. Kendati demikian, secara bulanan kenaikannya hanya 0,5%, lebih lambat dari kenaikan IHK bulan Juni 0,9% secara month-to-month (mtm).
Komponen inflasi inti masih tumbuh tinggi 4,3% secara tahunan dan 0,3% secara bulanan. Angka ini lebih rendah dibandingkan IHK bulan sebelumnya yang naik 4,5% secara tahunan dan 0,9% secara bulanan. Kenaikan inflasi inti pada bulan Juli juga jadi yang terkecil dalam empat bulan terakhir.