Sri Mulyani Yakin Indonesia Bisa Hadapi Ketegangan Geopolitik Global

Rahayu Subekti
27 Desember 2024, 14:09
Sri Mulyani
Katadata/Fauza Syahputra
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan paparan saat konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (16/12/2024). Konferensi pers tersebut membahas tentang paket stimulus ekonomi untuk kesejahteraan dan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen untuk barang mewah yang akan diterapkan mulai 1 Januari 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kondisi geopolitik dunia tengah memanas di tengah perang di Timur Tengah. Meski begitu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati tetap percaya diri Indonesia bisa mengatasi dampak memanasnya kondisi geopolitik.

“Ketegangan geopolitik bukanlah hal baru,” kata Sri Mulyani dalam wawancara eksklusif dengan  International Monetary Fund (IMF), dikutip Jumat (27/12).

Sri Mulyani mengatakan, ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 1945 yang merupakan masa menegangkan antara penjajah dan antipenjajah. Selain itu, Indonesia juga terseret ke dalam persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet.

“Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia tidak ingin memihak. Itulah sebabnya kami memulai gerakan nonblok pada 75 tahun yang lalu,” ujar Sri Mulyani.

Bendahara negara ini mengungkapkan, Indonesia berjuang untuk tatanan dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian, dan keadilan sosial yang tertulis dalam konstitusi. Ia menilai, dunia menjadi tempat yang lebih baik ketika negara-negara bekerja sama.

Seperti IMF dan Bank Dunia didasarkan pada keyakinan bahwa kerja sama memberikan hasil yang lebih baik bagi semua orang. Bahkan selama 30 tahun terakhir, dunia telah membuat kemajuan besar dalam mengurangi kemiskinan, berbagi kemakmuran, dan membuka diri terhadap globalisasi.

Indonesia Berada Pada Posisi yang Kuat

Indonesia juga berada dalam posisi yang lebih kuat untuk memengaruhi peristiwa global dan bertindak sebagai mediator antara negara-negara adikuasa. Meski begitu, ia mengakui tidak mudah menghadapi segala pergeseran arah kebijakan yang ada.

“Tidak hanya untuk perdagangan AS-Cina tetapi juga untuk perdagangan dan investasi di kawasan kita. Fragmentasi terkadang mencerminkan perpecahan ideologi yang sulit didamaikan,” ujar Sri Mulyani.

Namun ukuran dan kepemimpinan Indonesia di antara negara-negara ekonomi berkembang dapat menawarkan solusi yang konstruktif melalui G20. Bahkan, setelah perang Ukraina, Indonesia mencoba membangun kerja sama antara AS dan Cina.

“Indonesia juga memperkuat platform dialog G20 dan saya pikir upaya kita dihargai dan diterima dengan baik,” kata Sri Mulyani.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...