Rupiah Menguat Rp 14.287/US$ Meski The Fed Umumkan Kenaikan Bunga
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 22 poin ke level Rp 14.290 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah berhasil menguat sekalipun bank sentral Amerika Serikat yakni The Fed mengumumkan kenaikan bunga acuan pertamanya Kamis dini hari.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke Rp 14.287 pada pukul 09.15 WIB. Angka ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.312 per dolar AS.
Sedangkan mayoritas mata uang Asia lainnya perkasa pagi ini. Dolar Singapura menguat 0,02% bersama dolar Taiwan 0,24%, won Korea Selatan 0,98%, peso Filipina dan ringgit Malaysia kompak menguat 0,29%, rupee India 0,45%, yuan Cina 0,06% dan baht Thailand 0,42%. Sebaliknya, yen Jepang melemah 0,06% bersama dolar Hong Kong 0,03%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah hari ini bisa menguat ke kisaran Rp 14.280 sekalipun ada sentimen pengumuman kenaikan bunga acuan The Fed. Sebaliknya, rupiah juga berpotensi melemah di kisaran Rp 14.320 per dolar AS.
Ariston mengatakan penguatan terhadap rupiah seiring sentimen penguatan yang terlihat di aset berisiko pagi ini. Padahal, The Fed baru mengumumkan pengetatan moneternya.
"Sentimen positif ini didukung oleh hasil rapat bank sentral AS yang sesuai dengan ekspektasi. Apa yang diumumkan sudah diantisipasi pasar sebelumnya," kata Ariston, Kamis (17/3).
The Fed menaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 0,25%-0,5%. Ini merupakan kenaikan bunga pertama The Fed sejak kenaikan terakhir kalinya di Desember 2018.
The Fed juga kemungkinan akan terus menaikan suku bunga di enam sisa rapat tahun ini dan mengerek bunga hingga 1,9% sampai akhir tahun. Selain itu, mereka juga menegaskan rencana untuk mengurangi asetnya yang rencananya akan dimulai Mei mendatang.
Sentimen positif juga berasal dari perundingan Rusia dan Ukraina yang masih terus berlangsung. Kondisi ini disebut masih menjaga harapan pasar bahwa perang bisa berakhir segera.
Sementara dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan RI yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan situasi PPKM yang dilonggarkan juga bisa membantu penguatan rupiah.
Setelah hanya surplus US$ 930 juta pada Januari 2022, neraca dagang kembali surplus jumbo US$ 3,83 miliar pada bulan lalu. Ekspor RI bulan lalu mencapai US$ 20,48 miliar atau tumbuh 34,14% dari tahun lalu. Sementara, impor tercatat sebesar US$ 16,64 miliar atau tumbuh 16,64%.
Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah akan menguat dan bergerak di rentang Rp 14.298 hingga Rp 14.367 per dolar AS.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah menurutnya ditopang oleh derasnya arus modal asing di pasar saham serta publikasi neraca perdagangan bulan Februari 2022 yang cukup besar. Kondisi ini mendorong Rupiah untuk tetap positif di tengah ketidakpastian terkait perang Rusia dan Ukraina.
"Pasar akan menunggu reaksi dari BI setelah The Fed menaikkan suku bunganya, serta bagaimana BI mengantisipasi potensi kenaikan inflasi domestik," kata Rully kepada Katadata.co.id.