Rupiah Menguat ke 14.865/US$ Ditopang Positifnya Data Ekonomi RI
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 11 poin ke level Rp 14.865 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Penguatan rupiah yang didorong data pertumbuhan ekonomi domestik akan semakin terbatas di tengah penantian pasar terhadap data inflasi AS besok malam.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari posisi pembukaan ke level Rp 14.872 pada pukul 09.15 WIB. Tetapi ini belum melewati level penutupan kemarin di Rp 14.876 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS pagi ini. Baht Thailand terapresiasi 0,39% bersama yen Jepang 0,14%, won Korea Selatan 0,04%, peso Filipina dan ringgit Malaysia 0,02% serta dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, rupee India melemah 0,52% bersama yuan Cina 0,1% dan dolar Singapura 0,04%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terbatas hari ini ditopang data ekonomi domestik. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.800-Rp 14.950 per dolar AS.
"Penguatan ini didukung oleh data ekonomi yang solid salah satunya pertumbuhan ekonomi," kata Lukman dalam risetnya, Selasa (9/8).
Pertumbuhan ekonomi domestik mencapai 5,44% secara year on year pada kuartal II, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya 5,01%. Pertumbuhan juga diperkirakan semakin kuat memasuk kuartal III seiring pemulihan berlanjut serta basis pertumbuhan tahun kuartal III 2021 yang memang cukup rendah.
Selain itu, penguatan rupiah ditopang oleh pelemahan indeks dolar AS. Hal ini seiring ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang mereda dengan turunnya imbal hasil obligasi AS.
Hal tersebut terjadi lantaran ekspektasi inflasi konsumen AS menurun. Lukman mengatakan pasar menunggu data data inflasi AS yang dirilis besok malam.
Analis pasar uang Ariston Tjendra juga memperkirakan rupiah akan menguat terbatas hari ini ke level Rp 14.850, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.930 per dolar AS. Penguatan rupiah karena sentimen positif pasar terhadap perekonomian Indonesia.
"Tapi rupiah masih dibayangi oleh ekspektasi bahwa The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuan pada rapat berikutnya," kata Ariston.
Pasar menunggu rilis data inflasi AS besok. Jika data menunjukkan inflasi tinggi akan mendorong menguatnya ekspektasi kenaikan bunga yang agresif oleh The Fed.
The Fed sudah mengerek suku bunga acuannya 225 bps dalam empat pertemuannya terakhir. Bank sentral utama dunia itu bahkan mengerek bunga agresif 75 bps dalam dua pertemuannya beruntun pada bulan lalu.