IMF Waspadai Risiko Resesi, Prospek Ekonomi 2023 Akan Dipangkas

Abdul Azis Said
7 Oktober 2022, 08:38
imf, ekonomi, makro
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebelum pertemuan bilateral disela KTT ke-35 ASEAN di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019).

Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan risiko resesi telah meningkat dengan kemungkinan outlook pertumbuhan dunia tahun depan akan dipangkas dari 2,9%.

Sepertiga ekonomi dunia diramal mengalami kontraksi dua kuartal beruntun. Tetapi IMF tidak secara gamblang menyebut negara-negara yang akan jatuh ke jurang resesi.

Tidak ada definisi yang resmi soal resesi termasuk yang dikeluarkan oleh IMF. Namun mayoritas ekonom dan pengamat mendefinisikan resesi sebagai kontraksi pada perekonomian selama dua kuartal beruntun.

"Kami memperkirakan bahwa negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam sebuah diskusi di Georgetown University, AS, Kamis (7/11).

Kondisi ekonomi akan terasa seperti resesi sekalipun beberapa negara masih berhasil tumbuh positif. Hal ini karena pendapatan riil telah menyusut dan harga-harga naik.

IMF juga memperingatkan bahwa resesi berkepanjangan bisa terjadi di banyak negara jika pengetatan moneter terlalu agresif dan terlalu cepat serta dilakukan bersamaan di seluruh negara. Beberapa bank sentral negara maju seperti AS, Eropa, Inggris, Kanada hingga Australia telah memperketat kebijakan moneternya demi memerangi inflasi.

IMF sebelumnya telah memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia dalam laporan sebelumnya, yakni 3,2% untuk tahun ini dan tumbuh melambat ke 2,9% pada tahun depan. Namun Georgieva menyebut kantornya akan kembali memangkas prospek pertumbuhan khususnya untuk tahun depan.

Dengan berbagai risiko yang ada saat ini, IMF memperkirakan dunia akan mengalami kerugian sebesar US$ 4 triliun atau Rp 60,8 kuadriliun (kurs Rp 15.200/US$) selama empat tahun depan. Nilai ini setara dengan PDB Jerman, yang menandai kemunduran besar bagi perekonomian dunia.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...