Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati akan memangkas anak usaha sesuai arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Saat ini Pertamina memiliki 142 perusahaan, yang sebagian besar bergerak di sektor hulu minyak dan gas bumi atau migas.
Ia mengaku diberi waktu satu bulan untuk mengkaji seluruh kinerja anak dan cucu usaha pelat merah itu. “Tahun depan kami sudah ada gambaran bagaimana rencana restukturisasinya,” kata Nicke di Kompleks Istana, Jakarta, Jumat (13/12).
Erick sebelumnya mengatakan akan mengembalikan BUMN, termasuk Pertamina, ke bisnis itinya. Ia tak ingin banyaknya anak dan cucu hingga cicit usaha di perusahaan pelat merah hanya sebagai alat yang dibuat oknum-oknum untuk menggerogoti induk usahanya.
Bisnis yang dimiliki Pertamina memang bermacam-macam. Ada rumah sakit, hotel, properti, ritel, sampai maskapai penerbangan. Salah satu yang menjadi sorotan sekarang adalah bisnis cuci mobil. Nama usahanya adalah Bright Wash by Autoglaze Car Wash, di bawah anak usaha PT Pertamina Retail.
(Baca: Ikut Arahan Erick Thohir, Pertamina Berencana Gabungkan Anak Usaha)
Mengutip dari situs resmi Pertamina, layanan cuci mobil ini pertama kali muncul pada awal Januari 2019. “Kami tidak ragu untuk bekerja sama dengan Autoglaze karena sudah berpengalaman,” kata Direktur Utama Pertamina Retail Sofyan Yusuf pada saat peresmian Bright Wash di stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPB Fatmawati, Jakarta.
Layana ini hanya tersedia di SPBU yang dioperasikan dan dimiliki oleh Pertamina atau company owned company operated (COCO) di Jakarta. Contohnya SPBU di Kalimalang, MT Haryono, dan Fatmawati.
CEO Autoglaze Indonesia Robby Kurnia ketika itu mengatakan fasilitas cuci mobilnya memakai konsep touchless atau tanpa sentuhan. Untuk mendapatkan layanan ini, konsumen cukup merogok kocek Rp 50 ribu. “Nantinya, kami akan menyapa pelanggan dan hadir di ribuan outlet SPBU milik Pertamina,” ucap Robby.
Selain cuci mobil, Pertamina juga memanfaatkan lahan kosong di SPBU miliknya dengan fasilitas minimarket Bright dan penggantian oli Bright Oli Mart.
(Baca: Erick Thohir Akan Gabung 85 Hotel BUMN, Siapa Saja Pemiliknya?)
Dilansir dari detikFinance.com, perubahan SPBU Pertamina mulai terjadi pada 2006. Ketika itu banyak perusahaan asing masuk ke bisnis hilir minyak tersebut, seperti Shell dan Total. Tak cuma melayani jual-beli BBM, para pemain asing itu juga memberikan fasilitas membersihkan kaca mobil dan minimarket.
Pertamina lalu bertransformasi dan mengusung perubahan model bisnis dengan nama SPBU Pasti Pas. Sosok yang melakukan perubahan tersebut bernama Ahmad Bambang. Posisinya saat itu masih sebagai vice president alias kepala divisi.
Ia juga memperbaiki sistem distribusi BBM dari depo ke SPBU. Sebelum sistem itu dibuat, banyak BBM dicuri oleh pengusaha transport yang disewa Pertamina.
Pada November 2014, pria yang akrab dipanggil Abe itu terpilih menjadi Direktur Pemasaran Pertamina. Dua tahun kemudian ia naik jabatan ke Wakil Direktur Utama Pertamina. Namun, posisi ini hanya bertahan setahun. Ia digeser oleh Menteri BUMN Rini Soemarno ke Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN.
Pada Mei 2018, ia kembali ke perusahaan itu. Rini menunjuknya menjadi Komisaris Pertamina. Posisi ini juga hanya bertahan setahun.
(Baca: Jokowi Perintahkan Ahok Sikat Mafia Migas untuk Tekan Defisit Dagang)