Pendiri PT Paragon Technology Innovation (Wardah Cosmetics) Nurhayati Subakat dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito berbagi cerita tentang perjalanan usaha hingga membawa perubahan terhadap karier mereka. Keduanya mengungkapkan, gender tak membatasi gerak mereka dalam membangun usaha dan karier.
Nurhayati Subakat menceritakan awal mula bisnisnya hingga berhasil membangun usaha kosmetik meski dimulai dari usaha mikro.
"Dulu saya mulai dengan membuat produk kosmetik sendiri, sambil keliling antar salon menawarkan produk. Malah pabrik saya sempat terbakar," kata dia dalam acara Unite for Education Sustainability Forum yang digelar oleh Permata Bank di Jakarta, Kamis (11/7).
(Baca: Kosmetik Nasional Bersaing dengan Produk Impor)
Menurutnya, perempuan Indonesia tidak boleh mudah menyerah. Salah satu kunci sukses sebagai wanita karier, menurutnya adalah dengan menjalin komunikasi dengan dengan anggota keluarga.
Hubungan yang terjaga dengan pihak penyokong tersebut dapat menjadi support system utama bagi para perempuan.
Nurhayati pun menceritakan perjalanannya saat bekerja dan mengurus anak yang masih kecil. Pada saat itulah, ia berpikir membangun mess bagi karyawan single maupun yang sudah berkeluarga agar dekat dengan pabrik.
Tak hanya itu, perusahaannya juga memberikan waktu kerja yang fleksibel bagi karyawannya.
Nurhayati mengungkapkan, usaha kosmetik itu pertama kali ia rintis dari skala industri rumahan dengan dua orang karyawan yang tak lain asisten rumah tangganya sendiri.
Namun, selang beberapa tahun kemudian, Paragon menjelma sebagai perusahaan besar dengan 11 ribu karyawan serta pabrik seluas 20 hektar. Ia pun mengatakan, sebanyak 85% pekerja Paragon merupakan perempuan.
"Kami tidak membedakan gender, semua tergantung pekerjaan dan kompetensi," ujar dia.
(Baca: BPOM Hentikan Sementara Distribusi 67 Merk Obat Mengandung Ranitidin)
Lain lagi cerita Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito. Perempuan berhijab ini mengatakan, sebelum bekerja di BPOM, ia lebih dahulu bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Dia pun mengatakan, perempuan yang bekerja kala itu merupakan kaum minoritas. "Saya bekerja di Bappenas selama 25 tahun dimana perempuan menjadi minoritas," ujar dia.
Meski begitu, ia mengaku tidak menghadapi perbedaan perlakuan maupun jenjang karir karena faktor gender. Menurutnya, Bappenas memberi kesempatan karier yang sama bagi laki-laki maupun perempuan.
Lebih lanjut, dia juga mengungkapkan tentang perannya di BPOM dengan jabatan tertinggi di instansi tersebut. Di bawah kepemimpinannya, Penny menyebut telah melakukan banyak perubahan yang detail dan komprehensif.
Selain itu, BPOM menjadi lebih terbuka dan berpihak terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Lingkup BPOM itu obat, pangan, dan kosmetik. UMKMnya mencapai 80%," ujarnya.
Untuk menjangkau masyarakat, terutama UMKM, BPOM juga telah memperluas kantor cabangnya di 34 provinsi.
(Baca: Cuma 20% di Level Tengah, Mengapa Perempuan Penting Pimpin Perusahaan?)
Dengan pengalamannya berkarier di instansi pemerintah, Penny mengungkapkan pendidikan menjadi kunci penting bagi perempuan. Melalui pendidikan, seorang perempuan dapat mendapatkan berbagai aspirasi dan kepercayaan diri.
Namun, pendidikan tersebut harus pula mendapat dukungan dari keluarga maupun pemerintah. "Dengan pendidikan, akan ada kesempatan dan pengalaman untuk membesarkan mimpi," ujarnya.
Akses Modal
Peran serta kaum perempuan yang semakin berkembang turut dilihat oleh perusahaan finansial teknologi (fintek) Amartha. Perusahan kerap memberikan akses permodalan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan usahanya.
CEO Amartha Mikro Fintek, Andi Taufan Garuda Putra mengatakan, perusahaan memberikan akses pendanaan bagi ibu-ibu di pedesaan. "Selama ini para Ibu yang bekerja di rumah tapi hanya setengah-setengah karena tidak ada modal," ujar dia.
Ide tersebut dilatarbelakangi oleh masalah di pedesaan yang didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah dan minim akses pendanaan dan perbankan.
Amartha juga mengajarkan literasi keuangan bagi para ibu-ibu pedesaan. Hal ini untuk mendorong para perempuan desa untuk membuat rencana finansial dalam jangka panjang.