Selain itu, menurut Suherman, perseroan juga mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara dan mengoptimalisasi penjualan ekspor batu bara medium to high ke premium market.
Adapun jika dirinci, pendapatan usaha terdiri dari pendapatan penjualan domestik sebesar 53%, ekspor 45%, dan aktivitas lainnya sebesar 2%. Pendapatan diperoleh dari penjualan briket, listrik, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
(Baca: Tekan Impor, Menteri Rini Dorong Industri Hilirisasi Batu Bara)
Pada semester I 2019, PTBA juga mencatatkan aset perusahaan mencapai Rp23,41 triliun, terdiri dari aset tetap sebesar 29%, dan kas setara kas sebesar 23%. Saat ini, kas dan setara kas (di luar deposito dengan jangka waktu lebih dari enam bulan) tercatat sebesar Rp5,29 triliun.
Adapun liabilitas perseroan pada semester I 2019 sebesar Rp7,16 triliu. Dari jumlah tersebut, 60% diantaranya merupakan liabilitas jangka pendek. Posisi kas dan setara kas serta liabilitas tersebut turun jika dibandingkan pada 31 Desember 2018.
Kondisi ini menyebabkan cash ratio atau cash and equivalent terhadap liabilitas jangka pendek perusahaan menjadi 122%. "Berarti perseroan memiliki likuiditas kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu," ujar Suherman.