Penurunan Harga Jagung, Dorong Kinerja Emiten Pakan di Kuartal I

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Ratusan anak ayam usia sehari (DOC) di sebuah peternakan ayam.
Penulis: Ekarina
6/4/2018, 14.38 WIB

Dengan demikian, turunnya harga dan ketersediaan pasokan jagung yang melimpah diprediksi bisa mendorong pertumbuhan kinerja emiten pakan kuartal I tahun ini. Pasalnya  sekitar 40%-60% kebutuhan bahan baku industri pakan ternak berasal dari jagung.

"Beban pokok penjualan CPIN untuk kuartal I 2018 berpotensi menurun, seiring turunnya harga," ujar Marlene dalam risetntya.

Pada 2017 Charoen Pokphan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,5 triliun, tumbuh sekitar 12% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 2,2 triliun. Naiknya laba perseroan dipandang Marlene karena terdorong oleh turunnya komponen biaya non operasional, termasuk beban keuangan perusahaan yang turun cukup signifikan serta beban pajak perusahaan yakni menjadi Rp 760 miliar dari Rp 1,7 triliun.

Sementara dari sisi pendapatan, meningkatnya pendapatan Charoen Pokphand sebesar 29% secara tahunan juga dinilai cukup baik  khususnya di saat daya beli masyarakat melemah serta turunnya harga anak ayam usia sehari (day old chick/DOC) dan Broilers pada awal 2017 lalu. Sempat menyentuh Rp13.000 per kilogram, harga ayam Broiler berhasil naik menjelang akhir tahun dan mencapai sekitar Rp19.000 per kilogram, menjelang Natal dan Tahun Baru.

Demikian pula dengan harga DOC, sempat menyentuh harga terendah yakni Rp 3.516 per anak ayam, namun pada kuartal IV 2017 harga cenderung mengalami peningkatan dan stabil di level Rp 4.500 per anak ayam.

(Baca juga : Masih Pro Kontra, Pengusaha Nilai Patokan Harga Ayam Sulit Dipraktikan)

Halaman: