Sejarah, Properti dan Gerakan Tari Jaipong Khas Jawa Barat

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Penari jaipong menggunakan masker beraksi yang disiarkan melalui media daring di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (3/6/2020). Menari jaipong dengan media daring tersebut diadakan secara serentak di 68 Kelurahan se-Kota Bogor dalam rangka Solidaritas Hari Jadi Bogor ke-538 di saat pencegahan penyebaran pandemi COVID-19.
Penulis: Niken Aninsi
Editor: Safrezi
10/11/2021, 15.30 WIB

Tari jaipong adalah kesenian tari Jawa Barat yang diciptakan oleh seniman asal Bandung yang bernama Gugum Gumbira Trisondjaya. Tai jaipong atau jaipongan juga adalah sebutan untuk karya-karya dari Gugum Gumbira sejak tahun 1976 hingga sekarang diantaranya bernama Oray Welang, Keser Bojong, Pencug Bojong dan masih banyak lagi.

Sejarah Tari Jaipong

Berdasarkan pelarangan kesenian asing oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960-an, kondisi tersebut yang akhirnya mendorong Gugum Gumbira untuk menciptakan suatu kesenian lokal Jawa Barat.

Pada tahun 1967 Gugum Gumbira melakukan perjalanan ke seluruh wilayah Jawa Barat untuk mengetahui kesenian apa saja yang ada di Jawa Barat.

Dalam pencariannya akhirnya Gugum Gumbira mendapatkan kesimpulan, bahwa hampir di seluruh daerah di Jawa Barat terdapat tiga esensi kesenian tari yaitu Pencak Silat, tari tayuban dan tari Ketuk Tilu, beberapa gerakan dari ketiga unsur tersebutlah yang akhirnya menjadi dasar gerakan dari tari Jaipong.

Pada awalnya tarian ini bernama tari Ronggeng Ketuk Tilu atau Ketuk Tilu Gaya Baru karena pada dasarnya tarian ini merupakan perkembangan dari tarian Ketuk Tilu.

Namun karena pada masa itu tarian Ketuk Tilu masih menjadi tarian yang cukup diminati, maka akhirnya dipilihlah nama Jaipong yang terinspirasi dari ketukan gendang 1.

Kata Jaipong berasal dari tengah pertunjukan Topeng Banjet yang dibawakan oleh Ijem dan Alishahban, terdapat ucapan Jaipong, kata itu mereka lantunkan untuk meniru bunyi pukulan gendang yang dilatahkan “blaktingpong” yang akhirnya menjadi asal mula nama Jaipong.

Tarian Jaipong awalnya hanya tari hiburan bagi rakyat biasa, seiring berjalannya waktu tari Jaipong saat ini disebut sebagai jenis kesenian tari tersendiri di Jawa Barat, saat ini Jaipongan menjadi tarian yang sering ditampilkan dalam acara-acara penting seperti menjadi tarian untuk meyambut tamu Negara yang berkunjung.

Perkembangan Tari Jaipong

Dalam perkembangannya, tari jaipong kemudian melahirkan para penari handa seperti Tatit Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali serta Pepen Dedi Kirniadi. Jaipongan memberikan kontribusi besar bagi para pecinta seni untuk lebih serius mengenalkan tarian rakyat yang kurang mendapat perhatian. Kepopuleran tari jaipong membuat sanggar-sanggar tari bermunculan dan mengajarkan kepada masyarakat.

Terdapat gaya atau ciri khas lain yang dikenal dengan sebutan “kaleran”. Jaipongan jenis ini mengandung gerakan erotis, humoris, semangat, spontanitas dan lebih sederhana.

Hal tersebut dapat dilihat dari pola penyajian saat pementasaan tarian. Pola tersebut seperti Ibing Pola yang populer di daerah Bandung, serta Ibing Saka yang tidak berpola dan berkembang di daerah Subang dan Karawang, serta disebut jaipongan gaya kaleran.

Saat ini tari jaipong dianggap sebagai salah satu kesenian tari khas Jawa Barat, meskipun faktanya berasal dari Karawang. Tari ini biasanya ditampilkan pada acara penting, seperti pertunjukan untuk menyambut tamu-tambu besar yang berkunjung ke Jawa Barat.

Makna Gerakan Tari Jaipong

Saat ini tari Jaipong disebut sangat identik dengan perempuan Sunda, gerakan tarian Jaipong dianggap menggambarkan karakteristik perempuan Sunda masa kini.

Setiap gerakan tari jaipong memiliki makna dan filosofi tersendiri.

  1. Gerakan Cinges, yaitu gerakan badan dan kaki yang menggambarkan sosok perempuan yang gesit serta dapat menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan antusias.
  2. Gerakan Galeong yang umumnya gerakan ini disertai dengan lirikan mata serta senyum genit yang menggambarkan karakter perempuan yang kenes atau centil.
  3. Gerakan tangan dan kaki yang terbuka lebar menggambarkan perempuan Sunda masa kini memiliki karakter yang jujur dan kuat.
  4. Sedangkan liukan tubuh yang lentur dari ujung kepala hingga kaki menggambarkan karakter perempuan Sunda yang lembut dan tidak kaku.

Busana dan Properti Tari Jaipong

Busana pertunjukan tari memiliki peran penting dalam pertunjukannya, karena busana dapat mngungkapkan identitas suatu tarian dan membedakan seseorang apabila tari tersebut membutuhkan penokohan penari.

Demikian pula pada tari rakyat khususnya tari Jaipongan, busana yang dikenakan harus bisa menghidupkan karakter yang dibawakan.

Melihat dari perkembangannya busana pada tari rakyat sangat sederhana pada awal kemunculannya yakni sekitar tahun 1980 penari laki-laki hanya menggunakan kaos, sarung, celana panjang dan menggunakan iket pada kepala.

Penari perempuan menggunakan kebaya, sinjang dan dilengkapi sampur, dengan berhiaskan sanggul. Namun dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan pada busana yang dikenakan misalnya pada penari laki-laki yang menggunakan kampret, kaos, sarung, iket kepala dan ditambah beubeur kulit sebagai pelengkap.

Sementara penari wanita menggunakan apok, kebaya, sinjang, rok, sampur, beubeur dan aksesoris kepala yang bermacam-macam seperti taplok, krun, roncean melati dan bunga. Pada saat itu penggunaan busana dan aksesories sangat dominan dan hanya sebagai penunjang dari sebuah tarian yang nyaman dipakai oleh penari tersebut.

Pentingnya fungsi busana pada tari Jaipong adalah untuk menghidupkan sebuah pertunjukan, dan busana adalah kesan pertama yang dilihat penonton sebelum melihat unsur-unsur yang lain.

Alat Musik Pengiring Tari Jaipong

Adapun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Tari Jaipong, yaitu:

  1. Gendang atau kendang adalah alat musik yang digunakan untuk memberi ketukan penari jaipong saat menari. Alat musik ini sering digunakan dalam kesenian tradisional Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gendang dimainkan dengan cara ditabuh dengan tempo cepat sehingga sanggup membawa penonton menikmati hiburan jaipongan.
  2. Rebab adalah alat musik pelengkap dalam tarian jaipong. Alat musik ini terdiri dari 3 senar dan dimaintakan dengan cara dipetik. Suara rebab menghasilkan ritme yang membuat tarian semakin hidup.
  3. Gong ialah alat musik pukul yang menghasilkan suara dentuma keras. Gong dipukul dalam hitungan tertentu.
  4. Kecrek adalah alat perkusi yang juga sering digunakan pada pementasan wayang kulit. Alat musik ini menghasilkan suara “crek crek crek” dan berfungsi sebagai aba-aba.
  5. Kecapi adalah alat musik yang berasal dari Sunda. Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara dipetik untuk mengiringi tarian yang diciptakan oleh Gugum Gumbira ini.