Kontraktor asal Jepang EPC Internasional menyerahkan secara resmi fasilitas modifikasi di Kilang Cilacap kepada Pertamina pada Rabu, 31 Juli 2019. Ini menandai selesainya Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang telah berjalan sejak 2015 lalu.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menjelaskan, di bawah pengelolaan Pertamina Refinery Unit (RU) IV, Kilang Cilacap siap memproduksi lebih banyak bahan bakar minyak berkualitas standar EURO 4.
“Dengan selesainya PLBC, kemampuan produksi Pertamax Kilang Cilacap meningkat signifikan dari 1 juta barel per bulan menjadi 1,6 juta barel per bulan, sehingga akan mengurangi impor BBM, terutama Pertamax,” ujar Tallulembang melalui keterangan tertulis, Rabu (31/7).
(Baca: Pertamina Yakin Kesepakatan Kilang Cilacap dengan Aramco 2 Bulan Lagi)
Produksi Kilang Cilacap digadang-gadang akan mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat cadangan devisa. Selain itu, meningkatkan Produk Domestik Bruto Indonesia sekitar 0,12%.
PLBC yang menelan biaya investasi US$ 392 juta. Pekerjaan yang masuk dalam proyek tersebut meliputi Revamping unit Platforming I sehingga kapasitas produksi meningkat 30% menjadi 18.6 million barrel steam per day (MBSD).
Kemudian, pembangunan unit baru LNHT - Isomerization dengan kapasitas 21.5 MBSD. Selain itu, pembangunan beberapa unit utilities untuk mendukung unit proses PLBC.
Selama konstruksi, PLBC menyerap sekitar 2.500 tenaga pekerja, dengan lebih dari 70% di antaranya adalah pekerja lokal Cilacap. Selama proyek berlangsung hingga rampung pada 29 Juli 2019, telah dicapai 17 juta lebih jam kerja aman atau tanpa kecelakaan kerja.
“Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang besar Pertamina yang berperan dalam menjaga swasembada dan kemandirian energi nasional. Kapasitas operasi menyumbang sekitar 33,4% dari total kapasitas kilang nasional,” ujarnya.
Penandatanganan dokumen serah terima fasilitas modifikasi Kilang Cilacap dilakukan oleh Tallulembang dengan Dirketur Proyek JGC Suryadi Kresno di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta.