PT PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) memperhitungkan kebutuhan listrik saat membangun Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU). General Manager Unit Induk Distribusi (UID) PLN Disjaya Ikhsan Asaad mengatakan, setiap seribu motor pengguna SPLU, kebutuhan listrik meningkat 2 megawatt (MW) per hari.
"Jadi kalau ada seribu pengguna motor, satu hari charging sampai 2 ribu kWh atau 2 MW," kata dia kepada katadata.co.id, akhir pekan lalu.
Menurutnya, rata-rata pemakaian listrik mencapai 2 kWh per pelanggan per hari. Sementara, rata-rata kapasitas baterai motor mencapai 2-5 kWh.
Kemudian, rata-rata kapasitas skutik VIAR Q1 dengan baterai 60 volt 20 Ah mencapai 1.200 VAH atau setara 1,2 kWh serta motor Gesits sebesar 5 kWh. Sebanyak 85% pengguna mengisi daya listrik pada malam hari di rumah.
(Baca: PLN Sebut Butuh Ubah PP untuk Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)
Saat ini, Jakarta sudah memiliki 1.847 SPLU. SPLU tersebut terdiri dari berbagai jenis, yaitu standing/tower (berdiri di atas tanah), hook/pole mount (cantol di tiang), hang/wall mount (tempel di dinding), stall/pedestal, dan standing/tower versi 2018.
Sementara, dua SPLU fast charging akan dibangun pada November ini, salah satunya di Stasiun Gambir. Ia pun mengatakan, biaya pengadaan SPLU fast charging dapat mencapai Rp 1 miliar per SPLU.
Berdasarkan Peraturan Presiden 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diharapkan bisa memenuhi target menyediakan 1.000 SPLU sampai 2025 di seluruh Indonesia. Pada 2050, jumlah SPLU ditargetkan mencapai 10 ribu SPLU.
Adapun, SPLU normal charging tersebar di rumah tangga, kantor, dan parking lot. Waktu pengisian daya hingga terisi penuh mencapai 4-6 jam.
(Baca: Disorot Jokowi, PLN Bantah Tak Mau Beli Listrik dari Pembangkit Sampah)
Sementara, SPLU fast charging akan tersedia di area parkir, seperti kantor dan pusat belanja. Waktu pengisian daya kendaraan listrik hingga penuh membutuhkan durasi selama 2 jam.