SKK Migas Usul Cost Recovery Tahun 2020 Lebih Kecil, US$ 10-11 Miliar

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, logo SKK Migas. SKK Migas mengusulkan cost recovery tahun depan US$ 10-11 miliar.
20/6/2019, 20.50 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan tengah berupaya melakukan efisiensi pengembalian biaya operasi atau cost recovery hulu migas. Kepala SKK Migas Dwi Sotjipto mengusulkan cost recovery berkisar US$ 10-11 miliar tahun depan.

Usulan cost recovery tersebut relatif sama dengan target tahun ini yaitu US$ 10,22 miliar. Namun, usulan itu lebih rendah dibandingkan proyeksi realisasi tahun ini yang sebesar US$ 11,46 miliar, dan realisasi tahun lalu yang sebesar US$ 12 miliar.  "Ini sudah lebih turun outlook-nya," ujar Dwi di Gedung DPR, Kamis (20/6).

(Baca: Demi Capai Target Lifting Migas, SKK Migas Genjot Produksi Blok Cepu)

Untuk tahun ini, Dwi menyatakan akan berupaya menjaga agar realisasi cost recovery tak sampai US$ 11,46 miliar. Hingga Mei 2019, cost recovery  sudah mencapai US$ 4,05 miliar.  "Kami jaga supaya gap-nya tidak lebih dari 10% dari yang ditargetkan tahun ini," ujarnya.

Di sisi lain, SKK Migas mengusulkan lifting minyak yang lebih rendah untuk tahun depan. Ini dengan mempertimbangkan produksi beberapa lapangan minyak yang mengalami penurunan, meskipun produksi Blok Cepu sudah naik. "Rokan turun, Mahakam turun. Tidak kekejarlah sama yang naik," ujarnya. 

(Baca: ExxonMobil Jajal Produksi Blok Cepu Hingga 225 Ribu BOPD)

Pihaknya mengusulkan lifting minyak sebesar 734 ribu barel per hari (BOPD), lebih rendah dari target tahun ini yang sebesar 775 ribu BOPD. Sedangkan lifting gas diusulkan mencapai 1.159 ribu barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target tahun ini yang sebesar 1.072 ribu BOEPD.