Ekspor mineral sepanjang tahun 2018 tak mencapai target. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ekspor mineral tahun lalu hanya 30.442.168 Wet Metrik Ton (WMT)atau sekitar 57% dari rekomendasi yang telah diberikan oleh pemerintah, yaitu sebesar 70.201.414 WMT.
Adapun, ekspor terbanyak disumbang oleh konsentrat bijih nikel sebesar 24.331.324 WMT. Meski penyumbang terbesar, ekspor itu juga lebih rendah dari rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah sebesar 48.092.323 WMT.
Penyumbang ekspor lainnya adalah tembaga sebesar 3.156.952 WMT, dari rekomendasi 3.466.797 WMT. Sedangkan, besi 2.808.143, rekomendasinya 10.350.000 WMT.
Adapun, ekspor pasir besi 52.421 ton, dari rekomendasi 329.847 ton. Timbal dan seng 104.006 dan rekomendasinya 192.000. Ekspor mangan 8.249 WMT,dari rekomendasi 23.974 WMT. Anoda 2.258 WMT, rekomendasinya 4.073 WMT. Lalu, washed bauxite 11.236 WMT, rekomendasinya 26.057.4000 WMT.
Direktur Pembinaan dan Pegusahaan Mineral Ditjen Minerba Yunus Saefulhak mengatakan ekspor tak mencapai target karena beberapa perusahaan yang produksinya tidak mencapai target. Meski tak capai target, itu lebih baik karena cadangan lebih terjaga.
"Justru bagus, karena lebih banyak yang disimpan. Dia memproduksinya tidak mau banyak-banyak," kata dia di Jakarta, Rabu (9/1).
(Baca: Investasi Mineral dan Batu Bara Tahun 2018 Meleset dari Target)
Sementara itu, pihaknya belum memastian rekomendasi ekspor untuk tahun depan. Alasannya, Rancangan Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan masih proses evaluasi.
Akan tetapi, ada perkiraan ekpsor tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, karena adanya peningkatan produksi. " Saya kira naik, tapi kalau belum disetujui RKAB nya belum bisa kami publikasikan," kata dia.