Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan investasi minyak dan gas bumi sepanjang 2018 mencapai US$ 12,3 miliar. Capaian ini terdiri dari investasi hulu dan hilir migas. Realisasi tersebut tak memenuhi target, baru 73 % dari yang dipatok Kementerian.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan target investasi migas pada tahun lalu US$ 16,8 miliar. Meski tak menembus target, masuknya modal ke sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang hanya US$ 11 miliar atau ada peningkatan 11,8%.
(Baca: Investasi Hulu Migas Bertambah Lebih Rp 4,3 Triliun dari 6 Proyek Baru)
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan investasi tahun lalu didukung beberapa faktor, salah satunya harga minyak dunia yang meningkat dan lakunya sejumlah blok migas yang dilelang pemerintah. Sebagai contoh, tahun lalu, rata-rata harga minyak jenis Brent US$ 73 per barel. “Pengaruh dari lelang blok migas dan harga minyak naik,” kata Arcandra di Jakarta, Rabu (2/1).
Jika melihat tren beberapa tahun ke belakang, 2014 menjadi tahun dengan realisasi investasi migas tertinggi sepanjang enam tahun terakhir. Ketika itu ada dana masuk US$ 21,7 miliar. Lalu pada 2015 modal yang bergulir turun menjadi US$ 17,9 miliar.
Setahun kemudian, investasi di migas kembali menyusut menjadi US$ 12,7 miliar. Lalu pada 2017 turun menjadi US$ 11 miliar. Menurut Arcandra, penyebab investasi migas 2014 paling besar karena pengaruh harga minyak yang tinggi. Saat itu, harga minyak di atas US$ 100 per barel.
Tahun ini, pemerintah membuka tiga kali lelang blok migas. Pada tahap pertama, 24 merupakan blok migas konvensional dan dua blok migas nonkonvensional. Dari lelang itu, hanya empat blok konvensional yang laku. Adapun pada tahap dua, dari enam blok migas yang dilelang, hanya dua yang laku yakni Banyumas dan South Jambi B.
Sementara itu, pada lelang tahap tiga, dari empat blok yang ditawarkan, hanya tiga yang laku. Jadi, sepanjang 2018, ada sembilan blok yang diambil kontraktor. (Baca: Pacu Investasi, Perusahaan Migas Dorong Perluasan Pembukaan Data)
Selain investasi migas, Arcandra menyatakan penerimaan sektor migas selama 2018 hingga Rp 196 triliun. Angka ini tertinggi selama lima tahun terakhir. Nilai Rp 196 triliun itu terdiri dari PNBP migas Rp 137,1 triliun dan PPh Migas sebesar Rp 59,3 triliun. “Penerimaan Migas sudah 157 % dari target APBN sebesar Rp 125 triliun,” kata Arcandra.