Harga Batu Bara Turun, Pengusaha Akan Rem Produksi Tahun Depan

Donang Wahyu|KATADATA
22/11/2018, 13.07 WIB

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia menyatakan kemungkinan banyak perusahaan yang akan menurunkan produksi batu bara untuk tahun depan. Salah satu penyebabnya adalah tren harga batu bara yang terus mengalami penurunan.

Ketua Umum APBI Pandu Pandu Patria Sjahrir mengatakan itu adalah cara konservatif menghadapi rendahnya harga batu bara. "Tiba-tiba harga turun referensi akan turun, margin harus ditahan, dan harus memenuhi Domestic Market Obligation. Mungkin cara yang paling konservatif produksinya diturunin," kata dia, di Jakarta, Rabu (21/11).

Pandu mengatakan pasar ekspor batu bara saat ini juga tidak terlalu baik. Tiongkok sebagai salah satu negara konsumen batu bara pun mengetatkan kebijakan impornya.

Kebijakan proteksi impor itu bisa melemahkan ekspor perusahaan pemasok batu bara ke Tiongkok. "Pasar ekspor tahun ini lagi tidak bagus karena Tiongkok," kata dia.

Turunnya produksi batu bara pun akan berdampak pada investasi. Meski Rancangan Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) baru akan dibuat menjelang akhir tahun, Pandu memprediksi investasi perusahaan juga akan turun tahun depan.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode November 2018 turun 2,9% dari bulan Oktober menjadi US$ 97,90 per ton. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2018. harga batu bara terendah terjadi pada Mei 2018 yakni US$ 89,53 per ton. Sedangkan, tertinggi adalah periode Agustus sebesar US$ 107,83 per ton.

(Baca: Pembatasan Impor Batu Bara Tiongkok Rontokkan IHSG 0,95%)

Hingga November 2018, produksi batu bara mencapai 409,9 juta ton. Targetnya adalah 485 juta ton. Dari realisasi produksi itu 90 juta ton dijual ke dalam negeri.