PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) terus mengejar target proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW). Meski ada kemajuan, proyek yang beroperasi masih di bawah target tersebut.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan saat ini sudah ada beberapa proyek sekitar 7,4% dari target 35 ribu MW. “Sampai hari ini ada 2.600 MW yang commercial operation date (COD),” kata dia di Jakarta, Selasa (18/9).
Angka itu meningkat dari capaian 15 Januari 2018 sebesar 1.358 MW yang sudah beroperasi. Dari jumlah tersebut, PLN membangun 466 MW dan sisanya produsen swasta (Independent Power Producer/IPP). Kemudian pada April sekitar 1.584 MW yang telah beroperasi.
Iwan mengatakan ke depan juga ada beberapa proyek yang beroperasi. Sehingga, dalam dua hingga tiga tahun, pembangkit listrik yang beroperasi bisa mencapai 15.000 MW.
Sementara itu, pemerintah berencana menunda beberapa proyek strategis nasional. Tujuannya untuk mengurangi beban impor, sehingga bisa membantu nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap Dolar Amerika Serikat (US$).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan dengan penundaan itu harapannya bisa menghilangkan impor yang tidak diperlukan. “Beberapa proyek strategis nasional bidang kelistrikan dan migas perlu di-reschedule atau tata ulang,” kata dia di Jakarta, Selasa (4/8).
Di sektor listrik, dari proyek 35.000 Megawatt (MW), akan ditunda sekitar 15.200 MW. Proyek yang ditunda adalah yang belum mendapatkan kepastian pendanaan (financial close). Jadi, proyek yang seharusnya bisa selesai 2019, ada yang mundur hingga 2021 bahkan 2026.
(Baca: Proyek Strategis Migas dan Listrik Ditunda Demi Rupiah)
Iwan mengatakan tahun ini ada pembangkit yang akan menyelesaikan kepastian pendanaan, yakni Jawa I. Pembangkit berbahan bakar gas ini memiliki kapasitas 1.760 MW dan digarap konsorsium Pertamina, Marubeni Corporation, dan Sojitz Corporation. “Akhir tahun inshaalah pendanaan,” ujar dia.