Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar untuk tahun depan. Alasannya adalah kenaikan harga minyak mentah yang berpengaruh terhadap produk Solar.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan dengan subsidi yang ada tahun ini sebesar Rp 500 per liter sudah tidak bisa menutupi selisih harga keekonomian Solar. Apalagi, harga minyak mentah menunjukkan tren kenaikan.
Per Juni harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) Juni mencapai US$ 70,36 per barel. Sedangkan asumsi ICP di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 hanya US$ 48 per barel.
Adapun, tahun depan, pemerintah memproyeksikan ICP di kisaran US$ 60 per barel hingga US$ 70 per barel. Alhasil, Jonan meminta agar ICP dipatok di level US$ 65 per barel, jika ditetapkan US$ 70 per barel dinilai terlalu ekstrim karena harga bisa turun.
Dengan asumsi itu, menurut Jonan subsidi Solar idealnya Rp 2.000 per liter dengan sudah menghitung margin. Namun, masih ada ruang untuk menaikkannya lagi. “Subsidi solar bisa sampai Rp 2.500 per liter itu tergantung harga minyak dunia. Ini bisa dievaluasi secara bulanan,” kata dia di Jakarta, Kamis (20/7).
Sementara itu, untuk volume Solar, pemerintah mengusulkan 14,5 juta kiloliter (KL). Angka ini sama proyeksi realisasi konsumsi Solar tahun ini.
(Baca: Harga Minyak Naik, Pemerintah Akan Tambah Subsidi Energi Rp 69 Triliun)
Hingga semester I-2018, realisasi konsumsi Solar hanya mencapai 7,19 juta KL. Itupun sudah menghitung konsumsi saat momentum Ramadan dan Idul Fitri yang biasanya mengalami tren kenaikan.