Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan revisi proposal pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek Indonesia Deepwater Development/IDD bisa diajukan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Juli 2018. Ini setelah Chevron Indonesia selaku operator menyelesaikan studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain (pre-Front End Engineering and Design/FEED).

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan pre-FEED ini targetnya akan selesai Juni. “Kemudian langsung dilakukan proses pengajuan revisi PoD 1 untuk diusulkan di Juli,"kata dia kepada Katadata.co,id, akhir pekan lalu.

Hasil pre-FEED tersebut nantinya berupa skenario yang dipilih untuk pengembangan proyek IDD Gendalo-Gehem. Jadi bisa dipakai sebagai data pendukung bagi Chevron dalam menyusun revisi PoD 1 proyek IDD. 

Setelah diajukan ke Menteri ESDM, SKK Migas menargetkan persetujuan bisa diperoleh Desember 2018. “Diharapkan bisa secepatnya,"kata Wisnu.

Saat ini, studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain proyek IDD ini dikerjakan PT Worley Parsons Indonesia untuk lingkup bawah laut (subsea). Sedangkan PT Tripatra Engineering untuk lingkup fasilitas produksi. Adapun, proyek IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas alam sekitar 3 triliun kaki kubik.

 Menurut Wisnu skenario pengembangan proyek IDD nantinya akan lebih efisien karena memilih anjungan lepas pantai (platform) yang tepat. "Tujuan kami adalah bagaimana proyek ini bisa efisien," kata dia.

Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar juga pernah menyampaikan adanya peluang penurunan biaya Proyek IDD. “Kami melihat opportunity yang baik untuk optimisasi biaya. Ada pengurangan biaya proyek,” ujar dia di Jakarta (12/4).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan biaya proyek IDD berkurang. Di antaranya adalah pemilihan teknologi, skenario pengembangan dan desain.

Proyek IDD untuk Lapangan Gendalo-Gehem sebenarnya sudah mengantongi persetujuan PoD dari BP Migas pada 2008. Namun, tahun 2013, biaya yang dibutuhkan proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar US$ 6,9 menjadi US$ 12 miliar. Penyebabnya adalah kenaikan harga minyak.

SKK Migas menargetkan lapangan Gendalo bisa berproduksi pada kuartal empat 2022. Kapasitas produksinya 700 juta kaki kubik per hari (mmscfd) untuk gas dan 20 ribu barel per hari (bph) untuk kondensat. Sementara itu lapangan Gehem ditargetkan produksi pada kuartal dua 2023. Kapasitas produksi Gehem ditargetkan sebesar 420 mmscfd gas dan 27 ribu bph kondensat. 

(Baca: Chevron Tawarkan Teknologi Murah Kembangkan Proyek IDD)

Saat ini, studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain proyek IDD ini dikerjakan PT Worley Parsons Indonesia untuk lingkup bawah laut (subsea). Sedangkan PT Tripatra Engineering untuk lingkup fasilitas produksi. Adapun, proyek IDD tahap kedua ini diperkirakan memiliki potensi total produksi gas alam sekitar 3 triliun kaki kubik.