Kegiatan pengeboran sumur minyak dan gas bumi (migas) masih minim meski harga minyak meningkat. Bahkan per 30 April 2018, realisasi kegiatan pengeboran sumur eksplorasi dan pengembangan masih di bawah target yang ditentukan.
Dari data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), hingga April 2018, hanya ada sembilan pengeboran sumur eksplorasi, padahal target Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) tahun ini adalah 104 sumur. Sementara itu, pengeboran sumur pengembangan sudah mencapi 82 sumur dari target 289 sumur.
Adapun program kerja ulang juga hanya tercapai 166 sumur dari target 637 sumur. Sedangkan perawatan sumur hingga April sudah mencapai 19.840 kegiatan dari targetnya 56.184 kegiatan. Kemudian program penutupan sumur sudah selesai 55 sumur dari target 262 sumur.
Sementara itu rencana program survei non seismik selama empat bulan terakhir sudah tercapai 8 kegiatan dari target 11 kegiatan. Selain itu capaian survei seismik tiga dimensi (3D) hanya dua kegiatan atau 1.541 km2, sedangkan target 17 kegiatan survei seismik 3D atau sepanjang 5.382 km2.
Program survei seismik dua dimensi (2D) hanya satu kegiatan atau sepanjang 104 km, padahal target 14 kegiatan atau sekitar 4.666 km. "Sudah tercapai satu kegiatan utama hulu migas seperti seismik 2D," kata dia dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR Jakarta, Kamis (31/5).
Kegiatan eksplorasi itu ternyata berpengaruh terhadap rasio penggantian cadangan migas (Reserve Replacement Ratio/RRR). Hingga akhir April 2018, RRR sudah mencapai 189,06%.
Dalam empat bulan pertama tahun 2018, SKK juga mencatat ada empat proposal pengembangan (Plan of Development/PoD) pertama yang disetujui. Selain itu ada persetujuan 15 PoD lanjutan dan satu kegiatan kampanye pemboran.
(Baca: Kementerian ESDM Setujui Rencana Pengembangan Merakes dan Kasuri)
Dari adanya persetujuan itu, total tambahan cadangan migas mencapai 495,5 MMBOE. Adapun dari jumlah tersebut kontribusi terbesar berasal dari Merakes sebesar 145,35 mmboe dan AMK sebesar 270,73 MMBOE.