Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melelang secara khusus dua blok yang kontraknya akan berakhir, yakni East Kalimantan dan Attaka. Lelang ini untuk menentukan kontraktor yang berhak mengelola blok tersebut setelah habis kontrak.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan dikumen untuk lelang terbuka tersebut. “Dua blok ini akan dilelang terbuka awal tahun,” kata dia di Jakarta, Rabu (22/11).
Ego optimistis lelang dua blok tersebut akan laku. Alasannya sampai sejauh ini sudah ada beberapa kontraktor yang menyatakan minatnya mengelola blok tersebut.
Sayangnya, Ego belum mau menyampaikan kontraktor yang ingin mendapatkan blok tersebut. “Pasti laku. Blok East Kalimantan sudah banyak yang berminat,” ujar dia.
Oktober lalu, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Tunggal mengatakan salah satu kontraktor yang berminat dengan Blok East Kalimantan dan Attaka adalah PetroChina. “PetroChina sudah kirim surat berminat. Mereka siap mendukung kebijakan pemerintah dalam implementasi gross split," kata Tunggal kepada Katadata.co.id, Jumat (27/10).
Pemerintah sebenarnya menugaskan PT Pertamina (Persero) untuk mengelola blok tersebut. Ini karena Chevron Indonesia sebagai operator saat ini tidak berniat memperpanjang kontraknya.
Namun, hasil kajian Pertamina menyebutkan Blok East Kalimantan tidak ekonomis. Penyebabnya adalah kewajiban dana pemulihan tambang (Abandonment Site Restoration/ASR). Alhasil mereka mengembalikan Blok East Kalimantan dan Attaka kepada Pemerintah secara bersamaan karena menjadi satu struktur.
(Baca: PetroChina Ajukan Minat Kelola Blok East Kalimantan Pakai Gross Split)
Blok East Kalimantan termasuk 10 penyumbang produksi minyak bumi. Selama semester I tahun 2017, blok yang dioperatori oleh Chevon ini memproduksi minyak blok tersebut mencapai 18,2 ribu barel per hari (bph). Sedangkan target dalam rencana kerja dan anggaran adalah 18,5 ribu bph.