Harga Batu Bara Naik, Laba Bersih Bukit Asam Melonjak 250%

www.ptba.co.id
Bukit Asam (www.ptba.co.id)
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
19/10/2017, 17.58 WIB

PT Bukit Asam (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba hingga 250% September 2017 ini jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga batu bara.

Sekretaris Perusahaan PTBA Subandi menjelaskan, secara umum, perolehan laba hingga September 2017 ini, ditopang oleh optimasi harga jual rata-rata batu bara, pertumbuhan yang tinggi dari volume produksi, angkutan dan penjualan, serta efisiensi yang dilakukan. 

"Perseroan berhasil mempertahankan kinerja terbaik dengan laba bersih naik Rp 1,57 Triliun lebih, menjadi Rp 2,63 Triliun atau 250% dari periode sebelumnya Rp 1,05 Triliun dan laba per lembar saham menjadi sebesar Rp 1.246 atau naik 256% dari periode sebelumnya sebesar Rp 486," ujar Subandi seperti dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (18/10).

Secara rinci, Subandi menjelaskan, PTBA membukukan pendapatan selama 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2017 sebesar Rp 13,22 Triliun, naik 31,7% dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2016 sebesar Rp 10,04 Triliun. Peningkatan pendapatan perusahaan tambang ini sebagai hasil dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batu bara Low to Medium Range Calorie pada saat membaiknya harga di pasar dunia.

Adapun, harga jual rata-rata batu bara mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan Indonesia Coal Index (ICI) dan Harga Batu Bara Acuan (HBA). Harga jual rata-rata meningkat sebesar 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sedangkan, kenaikan volume penjulan pada periode Januari-September 2017 ini terhadap periode yang sama tahun 2016 sebesar 13,8 persen yakni dari 15,14 juta ton menjadi 17,24 juta ton. Peningkatan signifikan terjadi pada penjualan domestik sebesar Rp 1,83 Juta ton, naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun komposisi penjualan domestik sebesar 63,9% dan ekspor sebesar 36,1%.

Sementara itu, total produksi hingga September 2017 mencapai 16,91 juta ton atau 130,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,98 juta ton. Lalu, volume angkutan Kereta Api periode tersebut mencapai 15,79 juta ton atau naik 24,5% dibandingkan volume angkut pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,68 juta ton.

Meskipun demikian, beban pokok penjualan mengalami kenaikan 7,6% atau Rp 578,4 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan biaya ini ditopang oleh royalti yang harus dibayarkan kepada Pemerintah dan jasa angkutan kereta api. Akan tetapi, peningkatan beban penjualan dapat ditekan oleh efisiensi biaya penambangan dan pembelian batu bara.

"Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah meningkat dari Rp 539,78 miliar di tahun 2016 menjadi Rp 893,09 miliar di tahun 2017 atau naik 65,5% seiring dengan kenaikan pendapatan usaha," ujar Subandi.

Adapun beberapa proyek pengembangan yang akan dikerjakan PTBA pada tahun ini meliputi, PLTU Mulut tambang Sumsel 8, PLTU Mulut Tambang Peranap, PLTU Mulut Tambang Sumsel 6, PLTU Halmahera Timur, Proyek Coal Bed Methane (CBM), proyek angkutan batu bara, dan proyek coal gasification

Reporter: Miftah Ardhian