Melaut Jadi Lebih Murah Menggunakan Bahan Bakar Gas

Donang Wahyu|KATADATA
ilustrasi nelayan
2/10/2017, 14.27 WIB

Wahab akhirnya bisa bernafas lega. Setahun menanti, nelayan asal pulau Lae-Lae, Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu pun akhirnya mendapat bantuan konverter kit dari pemerintah. Dengan alat tersebut, Wahab bisa melaut dengan ongkos lebih murah.

Dengan konverter kit yang dibagikan secara gratis oleh pemerintah ini, Wahab tidak lagi menggunakan Premium sebagai bahan bakar perahunya, melainkan elpiji. "Pakai elpiji satu tabung bisa sampai seminggu baru habis," kata Wahab saat ditemui Katadata di pulau Lae-Lae, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (29/9).

Untuk membeli tabung elpiji itu, Wahab hanya merogoh kocek Rp 21 ribu per hari. Padahal sebelumnya, nelayan yang sudah melaut selama 20 tahun itu harus mengeluarkan uang sebesar Rp 50 ribu untuk membeli 5 liter Premium. Itu pun cuma bertahan dua hari.

Harga Premium yang ada di daerah tersebut memang lebih mahal dibandingkan yang sudah ditetapkan pemerintah Rp 6.450 per liter. Penyebabnya tak lain adalah biaya angkut yang mahal. Untuk memasok Premium ke nelayan, para pengecer BBM di pulau Lae-Lae harus berangkat ke Kota Makassar.

Mahalnya biaya BBM ini tentu memberatkan Wahab. Belum lagi, penghasilan bersih dari hasil jualan ikannya tidak menentu. Kadang hanya bisa mendapatkan Rp 50 ribu setelah 12 jam menjaring ikan di tengah laut Makkasar. Lain waktu memperoleh Rp 100 ribu sekali melaut. 

Sesekali, Wahab bisa mendapatkan ikan yang banyak dan hasil jualan ikan bisa tembus mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dalam sehari. Itu kalau cuaca cerah dan ombak tidak besar.

Di sisi lain, uang pendapatannya itu pun digunakan untuk menghidupi istri dan tiga anaknya yang masih bersekolah. Alhasil, pemakaian elpiji bisa menghemat pengeluarannya. "Ini cukup membantu," ujarnya.

Tak jauh berbeda dengan Wahab, Hari pun mengalami hal demikian. Pria berumur 50 tahun yang juga ketua Rukun Warga 2 di Pulau Lae-Lae itu mengatakan dengan bahan bakar elpiji, nelayan tak perlu lagi khawatir mencari ikan lebih jauh.

Sejak ada reklamasi kawasan Center Poin of Makassar (CPI) di Pantai Losari, nelayan memang terpaksa mencari ikan lebih jauh. Hari yang berprofesi sebagai nelayan ini pun harus menjaring ikan di sekitar pulau Lae-Lae seperti pulau Samalona atau Khayangan yang jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai Losari, Kota Makassar. 

Umrawati –istri Hari- juga mengaku senang dengan adanya bantuan konverter kit. Pendapatan dari suaminya bisa lebih hemat dan bisa membantu biaya sekolah  anaknya.

Umrawati menyebutkan dari 102 nelayan pulau Lae-Lae yang mendaftar untuk mendapatkan konverter kit, sudah 92 nelayan yang menerima bantuan dari pemerintah pada tahun ini, termasuk suaminya. Adapun 10 nelayan tetap diusulkan mendapatkan konverter kit pada tahun depan. 

Marawiya yang suaminya mendapat bantuan konverter kit itu juga merasa senang. Sebenarnya, sang suami, Siamaunjung, telah menggunakan bahan bakar gas sejak 2015. Namun, saat itu belum menggunakan konverter kit seperti yang diberikan pemerintah, tapi melalui alat yang dirakitnya sendiri.

Dengan pembagian konverter kit, kini suaminya bisa berlayar dengan tenang, karena alat yang dipakai lebih aman dari sebelumnya. Selain itu, juga bisa menghemat karena tidak harus beli dengan harga mahal.

Penggunaan elpiji yang lebih hemat ini diakui Marawiya memang sangat membantu keuangan keluarganya. Dengan menggunakan satu tabung elpiji 3 kg seharga Rp 21 ribu, suaminya bisa melaut selama lima hari bahkan hingga satu minggu. Sementara dengan BBM, suaminya harus mengeluarkan uang hingga Rp 500 ribu demi membeli kebutuhan 

Penghematan itu bisa dialihkan ke kebutuhan yang lain. Tahun lalu misalnya, ibu dengan enam orang anak ini membutuhkan dana sebesar Rp 3 juta untuk membiayai praktek kerja anaknya yang masih duduk di bangku SMK.

Namun karena tak punya uang, Marawiya pun meminta suaminya untuk giat menangkap ikan. Alhasil dengan adanya perakitan elpiji yang digunakan suaminya, bisa menghemat pengeluaran untuk membeli BBM selama ini.

Akhirnya uang sebesar Rp 3 juta tersebut berhasil dikumpulkan Siamaunjung selama 1,5 bulan melaut."Jadi kasih biaya sekolah anak sana sudah bisa, ekonomi keluarga terbantu," kata dia.

Kementerian ESDM, Sabtu lalu telah membagikan 2.375 paket konverter kit kepada nelayan di Sulawesi Selatan tahun ini. Ribuan konverter kit itu dibagikan ke nelayan di empat wilayah di provinsi tersebut.  Rinciannya 425 unit konventer yang dibagikan untuk nelayan Kabupaten Maros. Kemudian Kabupaten Jeneponto 371 unit, Kabupaten Soppeng 204 unit dan Kota Makassar sebanyak 1.375 unit.