Sebanyak 11 perusahaan produsen listrik swasta (IPP) akhirnya mau menandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dari pembangit berbasis energi baru terbarukan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN). Mereka sebelumnya batal menandatangani kontrak pada awal bulan lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan harga listrik yang ada dalam kontrak 11 perusahaan itu sekitar US$ 6,52 per kWh hingga US$ 8,60 per kWh. "Kalau tidak untung orang enggak tandatangan. Ini kan bukan bisnis jangka pendek, tapi long term," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (8/9).
(Baca: Sebelas Perusahaan Batal Tandatangani Jual Beli Listrik)
Di tempat yang sama, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan penandatangan ini menunjukkan bisnis energi baru terbarukan di Indonesia menguntungkan. "Artinya harganya sudah oke dan sudah mendapatkan keuntungan yang memadai," kata dia.
Dengan adanya penandatangan ini, Sofyan berharap energi baru terbarukan semakin berkembang. Hal ini guna mencapai target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026, yakni pembangkit listrik EBT mencapai 23 persen pada 2025 dengan kapasitas 45 GW.
Hingga akhir tahun ini ditargetkan total pembangkit tenaga listrik dari EBT yang menandatangani PPA mencapai 1.300 MW. Angka itu bersumber dari tambahan beberapa pembangkit EBT seperti panas bumi dan PLTA.
(Baca: Revisi Aturan Harga Listrik Energi Terbarukan Tak Berlaku Surut)
Total investasi 11 pembangkit yang akan dibangun perusahaan tersebut berkisar Rp 8 triliun. Adapun kapasitas pembangkit dari 11 perusahaan tersebut adalah 291,4 MW, yang terdiri dari Pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM). Rinciannya sebagai berikut:
1. PLTM Aek Sibundong (8 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Aek Sibundong Energy, berkapasitas 8 M2, harga jual 7,89 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
2. PLTM Aek Situmandi (7 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Bukit Cahaya Powerindo, kapasitas 7 MW, harga jual listrik 7,89 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
3. PLTM Aek Sigeaon (3 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Gading Energy Prima, kapasitas 3 MW, harga jual listrik 7,89 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
4. PLTM Sisira (9,8 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Energy Alam Sentosa, kapasitas 9,8 MW, harga jual listrik 7,89 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
5. PLTM Batang Toru 4 (10 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Indah Alam Lestari Energi, kapasitas 10 MW, harga jual listrik 7,89 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
6. PLTM Bayang Nyalo (6 MW) di Sumatera Barat, dibangun oleh PT Bayang Nyalo Hidro, kapasitas 6 MW,harga jual listrik 6,86 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
7. PLTM Batu Brak (7,7 MW) di Lampung, dibangun oleh PT Tiga Oregon Putra, kapasitas 7,7 MW, harga jual listrik 6,60 per kwh, 85 persen dari BPP setempat.
8. PLTM Kunci Putih (0,9 MW) di Jawa Tengah, dibangun oleh PT Kunci Hidro Energi, kapasitas 0,9 MW, harga jual listrik 6,52 per kwh atau 100 persen dari BPP setempat.
9. PLTA Air Putih (21 MW) di Bengkulu, dibangun oleh PT Bangun Tirta Lestari, kapasitas 21 MW, harga jual listrik 7,80+ 0,6509 per kwh, 99,24 persen dari BPP setempat.
10. PLTA Pakkat (18 MW) di Sumatera Utara, dibangun oleh PT Energy Sakti Sentosa, kapasitas 18 MW, harga jual listrik 8,60 per kwh, 92,67 persen dari BPP setempat
11. PLTA Buttu Batu (200 MW) di Sulawesi Selatan, dibangun oleh PT Amera Terrasys Energy, kapasitas 200 MW, harga jual 7,63 per kwh, 100 persen dari BPP setempat.