PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyatakan tetap menunjuk konsorsium PT Pertamina (Persero) untuk menggarap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1. Hal ini dipastikan setelah kedua pihak mencapai kesepakatan.
Direktur Pengadaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Supangkat Iwan Santoso mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan konsorsium Pertamina bersama mitranya asal Jepang Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation. Dengan adanya kesepakatan ini, PLN akan menantangani kontrak jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan konsorsium tersebut, pada Selasa besok (31/1).
Kesepakatan ini tercapai karena pihak konsorsium menyatakan siap menerima Request for Proposal (RFP) yang telah disusun sebelumnya. "Ya mereka (konsorsium) mau kok. Jadi, pokonya kalau sesuai RFP kami mau (tandatangani PPA)," ujar Iwan saat ditemui di Gedung DPR/MPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (30/1). (Baca: PLN Ancam Batalkan Pertamina Garap Pembangkit Listrik Jawa 1)
Setelah penandatanganan PPA, PLN memberikan waktu paling lambat satu tahun kepada pihak konsorsium untuk mencapai tahap financial closing atau kepastian pendanaan. Jika sesuai target, pelaksanaan konstruksi bisa segera dilakukan. Estimasinya, proses konstruksi ini akan memakan waktu 40 bulan dan PLTGU Jawa-1 bisa beroperasi di tahun 2020.
"Financial closing maksimum satu tahun, setelah itu konstrusi dimulai. Tapi sambil menunggu (financial closing) bisa dilakukan paralel yang bisa dilakukan, misalnya Detailed Engineering Design (DEED)," ujar Iwan. (Baca: Menteri BUMN Tak Ikut Campur Masalah PLN-Pertamina di Proyek Jawa-1)
Selain itu, Iwan juga mengatakan PLN sudah menyatakan komitmennya untuk membeli gas dari Tangguh, untuk memasok bahan bakar pembangkit tersebut. PLN berkomitmen untuk menyerap 16 kargo gas Tangguh dengan fleksibilitas menambah 6-8 kargo, jika dirasa kurang.
Kontrak dengan Tangguh berlangsung sampai 2035. Artinya, pasokan gas Tangguh ini tidak mencukupi sampai dengan batas maksimum PLTGU Jawa-1 ini beroperasi, yakni hingga 2045. Namun, kata Iwan, hal ini akan menjadi tanggung jawab PLN untuk memastikan pasokan gas untuk pembangkit tersebut pasca 2035.
"Kalau kurang kan tanggung jawab PLN, mau impor atau dari mana. Kalau tidak ada (gas) kan kami juga rugi," ujar Iwan. (Baca: Siap Teken Kontrak Jawa 1, Pertamina Tawarkan Solusi ke PLN)
Ketua Konsorsium Pertamina Ginanjar juga mengakui pihaknya sudah menemui kesepakatan dengan pihak PLN. Namun, dirinya enggan menjelaskan lebih lanjut terkait kesepakatan yang terlah tercapai. Dia juga memastikan pihak konsorsium siap untuk menandatangani PPA malam ini atau esok hari. "Iya sudah (capai kesepakatan)," ujarnya.