Hengkang dari Nias, PLN Tawar Pembangkit Listrik APR

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Penulis: Miftah Ardhian
19/5/2016, 13.13 WIB

Polemik krisis listrik di Kepulauan Nias, Sumatera Utara belum selesai. American Power Rent (APR) Energy, pemilik Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang digunakan untuk menerangi wilayah tersebut, menyatakan akan menghentikan operasi.

Menanggapi hal itu, PT Perusahaan Listrik Negara mempertimbangkan untuk membeli pembangkit listrik APR. Manager Senior Public Relation PLN Agung Murdifi berharap perusahaan asal Amerika Serikat itu segera memberikan spesifikasi mesin pembangkit. (Baca: PLN Janji Krisis Listrik di Nias Segera Teratasi).

Setelahnya, akan ditindaklanjuti dengan uji tuntas (due diligence) dan penilaian (appraisal). “Kalau sudah ada detail spesifikasi, proses administrasi dan pembelian mesin akan lebih mudah. Mesin ini dapat meningkatkan pelayanan kelistrikan di Nias,” kata Agung dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis, 19 Mei 2016. “Dan kami sangat berharap kerjasama dari pihak APR.”

Namun hingga saat ini, kata Agung, APR belum merespons penawaran pembelian PLN. Adapun mesin milik APR berkapasitas 2 x 10 MW di Idanoi dan Moawo seharga US$ 11,5 juta. (Baca: Krisis Listrik Nias Segera Teratasi).

Menurut Agung, sebelum rencana pembeliam tersebut, pada bulan lalu PLN ingin memperpanjang kontrak sewa mesin pembangkit tersebut hingga akhir Desember 2016. Akan tetapi APR menyatakan hanya ingin memperpanjangnya sampai dua bulan ke depan yaitu sampai 11 Juni 2016. Alasannya, PLN dinilai sering menunggak pembayaran sewa.

Atas tudingan ini, PLN mengklaim sudah tiga kali mengirim surat agar APR segera mengajukan tagihan. Dengan adanya surat tagihan, PLN akan membayar sewa mesin pembangkit di Idanoi dan Moawo. Sedangkan untuk pembangkit di Medan, Sumatera Utara, perusahaan pelat merah itu telah membayar separuh dari total tagihan. Adapun sisanya akan dilunasi setelah audit eksternal selesai, yang saat ini masih berjalan.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, PLN menyiapkan mesin pembangkit dengan total kapasitas 24 MW yang tersebar di Nias. Mesin pertama sebesar 13 MW telah melalui uji kelayakan, dan sebesar 5 MW berhasil masuk dalam sistem kelistrikan yang diperkirakan beroperasi secara maksimal pada 21 Mei. (Baca juga: BUMN Batal Garap Bendungan dan Pembangkit Listrik).

Selain itu, mesin kedua sebesar 7 MW sedang dalam tahap instalasi pipa BBM, dan diperkirakan beroperasi pada 22 Mei. PLN juga menyiapkan mesin ketiga yang ditempatkan di Teluk Dalam dengan kapasitas 6 MW, diperkirakan akan beroperasi pada 29 Mei. Total jenderal, ada 26 MW dengan kapasitas cadangan 2 MW.

Sebelumnya, pihak APR melayangkan surat terbuka bagi penduduk Nias. Surat itu berisi penutupan operasi secara permanen pembangkit listrik APR yang berkekuatan total 20 MW pada akhir bulan ini. Penyebabnya, mereka menuding PLN tidak membayar uang sewa. (Lihat pula: Daerah Krisis Listrik, Jokowi Resmikan Pembangkit Terapung).

“Perusahaan itu tidak menghormati kontrak dengan kami. Tetapi PLN terus mengumpulkan uang dari penduduk Nias untuk listrik yang mereka gunakan,” kata John Champion, Ketua dan Chief Executive Officer APR dalam surat terbukanya. “APR tidak memiliki pilihan lain kecuali meninggalkan Nias pada akhir Mei.”