ESDM Bahas Blok Masela Bersama Pelaku Migas

KATADATA/
Penulis: Safrezi Fitra
16/10/2015, 18.10 WIB

Terkait hal ini, IATMI memberi masukan kepada pemerintah untuk memilih skema yang bisa memberikan efek berantai (multiplier effect) yang besar. Skema yang dipilih pemerintah harus bisa membangkitkan bisnis lainnya, bukan hanya di sektor migas.

IATMI, kata Alfi, tidak bisa memilih apakah skema onshore atau FLNG yang lebih baik, karena dia tidak tahu persis perhitungannya. Perhitungan ini diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Apakah FLNG atau skema onshore, yang lebih bisa memberikan efek berantai paling besar.  

Skema onshore mungkin bisa memberikan efek berantai lebih banyak dan membangkitkan bisnis lain di sekitarnya. Misalnya kegiatan pembangunan jalan yang bisa menggerakkan perusahaan negara seperti PT Wijaya Karya (Persero), atau kegiatan pipa yang bisa dilakukan oleh PT Rekayasa Industri.

(Baca: Bantah Rizal Ramli soal Blok Masela, SKK Migas: FLNG Lebih Unggul

Sementara FLNG seperti yang direncanakan Inpex, kapalnya dibuat di Korea dan instalasinya di dalam negeri. Menurut SKK Migas, kandungan lokal (local content) yang dipasok dari dalam negeri mencapai 60 persen. Skema ini juga bisa menggerakkan industri dalam negeri.

“Sikap IATMI pemerintah harus memilih mana (skema) yang bisa pancing bisnis lebih banya, itulah yg dipilih. Pemerintah harus segera ambil keputusan, jangan ini dibuat terkatung-katung, akhirnya engga jadi,” ujar Alfi.

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait