KATADATA ? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menganggap wajar jika ada perusahaan minyak dan gas bumi yang melakukan pemecatan terhadap karyawannya. Harga minyak dunia yang rendah, di kisaran US$ 60 per barel, membuat perusahaan migas melakukan efisiensi.
"Kami tahu terjadi pressure (tekanan) ke industri migas, karena harga minyak turun. Banyak perusahaan besar yang juga melakukan layoff (pengurangan karyawan) untuk efisiensi. Kami sebagai regulator memahami hal itu," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/5).
(Baca: Investasi Migas Indonesia Tak Lagi Menarik)
Secara global, memang banyak perusahaan migas yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Salah satunya Husky Energy, yang memecat sekitar 1.000 pekerja konstruksi pada proyek oil sands Sunrise di Canada.
Sebelumnya, pada Januari 2015, Suncor Energy telah mengumumkan akan memangkas 1.000 pekerja. Sementara Royal Dutch Shell akan mengurangi 10 persen dari karyawannya atau 300 orang pada proyek oil sands Albian.
Di Amerika Serikat, perusahaan Baker Hughes pada Januari lalu mengatakan akan merumahkan 7.000 karyawan atau sekitar 11 persen tenaga kerja. Schlumberger juga telah mengurangi 9.000 pekerja, dan akan menyusul 11.000 pekerja lainnya dalam waktu dekat.
(Baca: Perusahaan Migas Asing Akan Hengkang dari Indonesia)
Di Indonesia ConocoPhillips sudah memecat 300 pekerja dari 1200 pekerja yang berada di Anambas, Jakarta, dan Sumatera Selatan. Alasannya sama, yakni harga minyak yang rendah. Rendahnya harga ini berdampak pada berkurangnya setengah penghasilan perusahaan.
Untuk masalah Conoco Sudirman tidak ingin terlalu mencampurinya. Dia juga mengaku tidak mengetahui pasti kondisi tersebut. "Tentu itu urusan korporasi. Hal seperti itu tidak dilaporkan detil," ujar dia.