Hingga Maret, Lifting Minyak Hanya 764.000 Barel per Hari

Energi KATADATA | Bernard Chaniago
Penulis: Safrezi Fitra
23/3/2015, 12.06 WIB

"Tidak hanya Blok Cepu, kami juga berusaha mengoptimalkan seluruh lapangan yang ada," kata dia kepada Katadata, Senin (23/3). (Baca: Pemerintah Targetkan Chevron Produksi Minyak 300.000 Bph)

SKK Migas tetap yakin bahwa rendahnya harga minyak dunia yang saat ini terjadi, tidak akan berpengaruh besar pada target lifting. Revisi rencana bisnis yang dilakukan para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) juga tidak akan terasa dampaknya tahun ini. Dampaknya baru akan terasa pada tahun depan.

Kementerian Keuangan sudah menyadari penerimaan migas tahun ini akan berkurang. Pengurangan penerimaan ini akibat target lifting minyak yang sulit untuk mencapai target. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku pesimistis target lifting minyak bisa tercapai tahun ini. Bahkan dia menyebut lifting minyak tahun ini bisa di bawah 800.000 barel per hari.

Sulit terkejarnya target lifting ini karena mayoritas sumur minyak yang sudah tua. Sementara menggunakan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), untuk meningkatkan produksi sumur tua, memerlukan biaya yang sangat mahal. Di sisi lain banyak juga perusahaan migas yang akhirnya menyatakan keluar dari Indonesia. (Baca: 10 Wilayah Kerja Migas Tidak Laku Dilelang)

Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Ekonomi dan Keuangan Widjayanto Samirin juga mengungkapkan hal yang sama dengan Menteri Keuangan. Sumur tua, tidak menemukan cadangan minyak baru, dan teknologi yang mahal, membuat investasi di industri ini tidak lagi menarik. (Baca: Perusahaan Migas Asing Akan Hengkang dari Indonesia)

Belum lagi, adanya aturan membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) bagi perusahaan migas yang masih melakukan tahap eksplorasi, juga dinilai membebani. (Baca: 23 Kontraktor Migas Terjerat Sengketa Pajak Rp 3,2 Triliun)

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait