Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi migas. Salah satu caranya dengan mempercepat pengembangan Blok Masela.
Blok Masela diproyeksi bisa memproduksi gas hingga 9,5 MTPA dan gas pipa 150 MMSCFD. Namun, anggota Badan Angggaran DPR RI Kardaya Warnika pesimistis proyek tersebut serius dikembangkan oleh Inpex Corporation dan Shell Indonesia selaku kontraktor Blok Masela.
Menurut dia, Blok Masela akan bernasib sama dengan proyek Natuna D Alpha. Proyek yang saat ini dikenal sebagai Blok East Natuna itu mulai dikembangkan sekitar 1989 atau 1990. Hingga saat ini, proyek tersebut tak bisa diproduksikan karena mengandung banyak Co2.
Kardaya menilai profil Blok Masela mirip dengan East Natuna. Kedua blok tersebut memiliki cadangan yang besar.
Blok East Natuna tercatat memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia hingga 49,87 TCF. Sedangkan Blok Masela memiliki cadangan sebesar 16,73 TCF.
(Baca: Permintaan Turun, Kementerian ESDM Tetap Tambah Infrastruktur Gas)
Selain itu, masing-masing kontraktor migas berani meminta insentif di luar kewajaran. Pemerintah pun memberikan insentif tersebut agar proyek bisa dikembangkan.
"Namun, ujung-ujungnya tidak dikembangkan," ujar Kardaya dalam Webinar Energy Acadamy Indonesia pada Senin (18/5).
Apalagi, Inpex selaku operator Blok Masela dianggap tak cukup pengalaman dalam mengoperasikan blok migas. Selain itu, investasi Blok Masela cukup besar hingga mencapai US$ 20 miliar.
Dengan kondisi tersebut, dia pesimistis Inpex mau melanjutkan pengembangan Blok Masela. "Inpex pengalaman operasi kecil, hanya di Australia. Dia paling tidak bisa, dan tidak berani investasi berpuluh-puluh miliar dolar Amerika Serikat," katanya.
Corporate Communication Manager Inpex Masela Ltd, Moch N. Kurniawan yang dihubungi melalui pesan singkat pada hari ini, Selasa (19/5), enggan berkomentar terkait pernyataan tersebut. Dia menyebut seluruh pengembangan Blok Masela bisa diketahui melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas.
(Baca: SKK Migas Sebut Produksi 3 Proyek Migas Mundur Karena Pandemi Corona)