Pertamina memangkas investasi hulu migas menjadi sama dengan tahun lalu sebesar US$ 2,45 miliar atau sekitar Rp 62,7 triliun. Sebab, perusahaan harus efisiensi biaya di tengah pandemi corona dan anjloknya harga minyak dunia.
Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan target awal investasi hulu migas tahun ini sebesar US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 55 triliun. “Pertamina hingga saat ini memutuskan tetap investasi di sektor hulu untuk menjaga produksi dan lifting migas nasional. Pertamina terus memantau perkembangan situasi global, terutama pandemi Covid-19, harga minyak mentah dunia, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar,” kata Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam siaran pers pada Rabu (27/5).
Fajriyah mengatakan pihaknya tetap berusaha maksimal melaksanakan pengeboran sumur migas meski nilai investasi dipertahankan sama dengan tahun lalu. Hingga triwulan pertama tahun ini, perusahaan telah melaksanakan pengeboran eksploitasi sebanyak 78 sumur, dan pekerjaan workover untuk mempertahankan atau menambah produksi migas sebanyak 161 sumur.
Sebagai contoh, Pertamina Hulu Energi Nunukan Company (PHENC) telah melaksanakan tajak dua sumur lepas pantai di Struktur Parang. Pengeboran kedua sumur di Blok Nunukan itu diperkirakan menghasilkan potensi cadangan yang cukup besar.
Selain itu, Pertamina Hulu Mahakam telah melaksanakan pengeboran 31 sumur tajak di
South Peciko dan Tunu Deep East. Anak usaha tersebut juga menargetkan pengeboran 117 sumur tajak dan dua sumur eksplorasi.
Banyaknya jumlah sumur yang dibor merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia di Blok Mahakam. Sebab, cadangan dan produksi dari
sumur-sumur eksisting semakin sedikit. Selain itu, upaya pengeboran tersebut diharapkan dapat menekan laju penurunan produksi serendah mungkin, hingga di bawah 10%.
(Baca: Pertamina Targetkan Survei Seismik Jambi Merang Rampung Juli 2020)
(Baca: Pertamina Hulu Mahakam Bor Sumur Eksplorasi di Tengah Pandemi Corona)
Hingga triwulan I 2020, Pertamina mencatat produksi hulu migas sebesar 918,8 ribu barel setara
minyak per hari (MBOEPD). Rinciannya, produksi minyak rata-rata sebesar 420,4 ribu barel per hari (MBOPD) dan gas sebesar 2887,9 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Menurut Fajriyah, pencapaian produksi migas Pertamina ditopang oleh kinerja positif berbagai
anak perusahaan hulu Pertamina yang berhasil memproduksi migas sesuai target. "Sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 telah mulai berproduksi pada awal tahun ini serta upaya pemeliharaan sumur-sumur yang ada menjadikan produksi migas Pertamina relatif stabil," ujar Fajriyah dalam siaran pers pada Rabu (27/5).
Fajriyah menambahkan, sejumlah anak perusahaan hulu Pertamina yang menyumbang produksi di atas target, antara lain Pertamina EP (PEP) untuk produksi gas dan Pertamina Hulu Indonesia (PHI) untuk produksi minyak. Fajriyah menyebut anak perusahaan PHI, seperti Pertamina Hulu Mahakam (PHM) membukukan rata-rata produksi gas sebesar 659 MMSCFD (wellhead) atau di atas target teknis Work Program & Budget (WP&B) 2020 sebesar 608 MMSCFD.
Sedangkan produksi likuid (minyak dan kondensat) PHM mencapai 30,34 MBOPD, lebih tinggi daripada target teknis WP&B 2020 sebesar 30,12 MBOPD. Produksi anak perusahaan PHI lainnya, Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) juga tercatat sebesar 11,95 MBOPD atau melonjak 138,5% dibanding target RKAP triwulan I 2020 yang dipatok pada 8,63 MBOPD.
Kemudian, produksi minyak Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), yang juga merupakan anak perusahaan PHI, mencapai 11,26 MBOPD atau 109,6 persen di atas target RKAP tiga bulan pertama tahun ini sebesar 10,27 MBOPD.
Selain itu, anak perusahaan hulu di luar negeri, yakni Pertamina International EP (PIEP) juga berhasil meningkatkan produksi gasnya, terutama di lapangan Aljazair. Produksi di luar negeri yang dicatatkan PIEP memberikan kontribusi produksi migas sebesar 156 MBOEPD atau 103% dari target pada akhir Maret 2020.
Di sisi lain, Fajriyah mengatakan Pertamina berupaya melaksanakan penyesuaian sistem kerja di tengan pandemi corona. Beberapa upayanya dengan mengubah prosedur pergantian pekerja lapangan (crew change) yang sebelumnya tiap 12 hari menjadi 28 hari. Selain itu, perusahaan
memastikan kondisi kesehatan pekerja sambil berupaya menjaga produksi migas sesuai target tahun ini.
(Baca: Sempat Tertunda, Pertamina Akhirnya Mengebor Blok Nunukan Tahun Ini)