Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi produksi batu bara hingga Mei mencapai 228 juta ton. Angka tersebut mencapai 42% terhadap total produksi nasional sepanjang tahun ini yang dipatok mencapai 550 juta ton.
Sementara realisasi penggunaan batubara untuk kepentingan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) mencapai 53,55 juta ton.
(Baca: Kementerian ESDM Tolak Pelonggaran Royalti Batu Bara)
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan realisasi produksi batubara masih sesuai dengan target.
"Realisasi produksi batu bara sampai 31 Mei masih sesuai dengan target. Dengan begutu, produksi batubara sampai Desember diperkirakan dapat mencapai target 550 juta ton," ujar Agung berdasarkan keterangan tertulis, Rabu (10/6).
Produksi batu bara dalam negeri tersebar di sejumlah provinsi. Detail mengenai wilayah dengan sumber daya batu bara terbesar bisa dilihat pada databoks berikut:
Sementara untuk realisasi ekspor batu bara hingga Mei 2020 mencapai 175,15 juta ton, setara dengan US$ 7,77 miliar. Prognosa volume ekspor tahun 2020 dipatok sebesar 435 juta ton.
Adapun menurut dia kebutuhan dan perdagangan batu bara di pasar internasional pada 2020 diproyeksikan menurun seiring adanya pandemi virus corona. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah juga sedang menajajaki ekspor ke beberapa negara berkembang lain seperti Vietnam, Bangladesh, dan Pakistan.
"Selain itu, akan melakukan peningkatan efisiensi rantai suplai batu bara negara importir batubara serta melakukan direct contract atau direct shipping ke negara-negara importir," ujarnya.
Harga Turun
Kementerian ESDM menyebut harga batu bara bisa kembali naik pada tahun depan. Hal itu bisa terwujud jika pandemi corona mulai reda pada tahun ini.
Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM Johnson Pakpahan mengatakan laporan Wood Mackenzie menunjukkan adanya pemulihan harga batu bara. "Diprediksi membaik mulai 2021 dengan harga acuan batu bara US$ 66 per ton hingga US$ 67 per ton," ujar Johnson dalam diskusi media secara virtual, Jumat (5/6).
Sedangkan harga komoditas tersebut pada akhir tahun ini akan bergerak di level US$ 59 hingga US$ 61 per ton. Salah satu faktor pendukungnya yaitu peningkatan kebutuhan listrik seiring dibukanya kembali aktivitas perekonomian.
(Baca: Permintaan Anjlok karena Covid-19, Harga Batu Bara Mei Turun 7%)
Adapun HBA pada Juni kembali terkoreksi ke level US$ 52,98 per ton atau turun US$ 8,13 per ton dari Mei 2020 sebesar US$ 61,11 per ton. Minimnya pergerakan ekonomi membuat pasar permintaan batu bara turut turun, terutama di India dan Tiongkok.
"Stok batu bara di India dan Tiongkok terbilang cukup tinggi. Mereka masih memanfaatkan produksi dalam negeri sendiri," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi.