Harga minyak mentah dunia bergerak melemah pada perdagangan Senin (27/7). Tekanan harga minyak dipengaruhi sejumlah sentimen, mulai dari peningkatan kasus corona serta meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sehingga mendorong investor memilih aset safe haven.
Mengutip Bloomberg pukul 08.58 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 turun 0,37% ke level US$ 43,18 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020 turun 0,24% menjadi US$ 41,19 per barel.
Tekanan harga minyak mencerminkan langkah investor di pasar keuangan yang lebih luas di Asia. Langkah ini terjadi di tengah kekhawatiran memburuknya hubungan diplomatik AS dan Tiongkok usai penutupan kedutaan besar kedua negara.
Hubungan AS-Tiongkok memanas sepanjang pekan lalu setelah AS memerintahkan konsulat Negeri Panda di Houston untuk tutup. Hal ini lantas mendorong reaksi keras dari Beijing dan menerapkan langkah serupa dengan menutup konsulat AS di Chengdu.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan Washington dan sekutunya harus menggunakan "cara yang lebih kreatif dan tegas" untuk menekan Partai Komunis Tiongkok dalam mengubah caranya.
Ketegangan antara kedua negara yang juga tercatat sebagai konsumen minyak terbesar dunia ini pun memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar.
"Kelancaran hubungan perdagangan internasional tetap diperlukan agar permintaan minyak tetap tidak terganggu dalam jangka panjang dan ketegangan antara AS dan China bukanlah pertanda baik," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy dikutip dari Reuters.
Selain harga minyak, sentimen tersebut juga memengaruhi bursa saham global dan Asia pada Senin pagi. Sementara itu, lonjakan virus corona global saat ini telah mencapai lebih dari 16 juta orang turut menambah tekanan pasar.
Namun, harga minyak acuan internasional Brent masih berada di jalur kenaikan bulanan berturut-turut sepanjang bulan ini. Sedangkan minyak berjangka WTI akan mengalami kenaikan untuk bulan ketiga seiring pemangkasan pasokan dari Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya serta pemangkasan di Amerika Serikat (AS), guna menopang harga.
Permintaan minyak mulai mencatat peningkatan pada kuartal kedua, meski tak terjadi merata karena kebijakan karantina wilayah atau lockdown yang diberlakukan sejumlah wilayah.
Di sisi lain, Investor juga mengamati dampak dari badai Hanna yang menghantam pantai Texas pada akhir pekan lalu. Meski demikian, Produsen tidak memperkirakan bahwa badai akan mempengaruhi operasi mereka.
Peningkatan harga minyak ikut berkontribusi terhadap produsen minyak ternama dunia untuk meningkatkan produksi dan kembali menggencarkan ekspor.
Perusahaan jasa perminyakan, Baker Hughes melaporkan, operasional rig pengeboran AS mulai naik pekan lalu, sejak Maret setelah produsen menambahkan satu rig. Hal ini menunjukan tanda bahwa penurunan produksi minyak AS kemungkinan telah mencapai titik terendah.