PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menargetkan pendapatan perusahaan pada tahun depan mencapai Rp 391,6 triliun. BUMN itu pun menyiapkan sejumlah strategi agar dapat mencapai target tersebut.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan salah satu strategi yang akan dijalankan perusahaan yaitu meningkatkan penjualan dari pelanggan besar. "Kami mendengar harapan dan keinginan, serta membuat kajian terkait demand pelanggan besar," kata Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapatan (RDP) dengan Komisi VII DPR RI pada Selasa (25/8).
Selain itu, perusahaan bakal menyebar berbagai promo pemasaran agar penjualan listrik meningkat. Perusahaan juga bakal menjaga kecukupan pasokan listrik, dan memberikan tarif kompetitif bagi pelangan industri untuk mendorong konsumsi listrik dan roda perekonomian.
Di sisi lain, PLN memproyeksi beban perusahaan pada tahun depan mencapai Rp 378,2 triliun. Oleh karena itu, perusahaan bakal melaksanakan sejumlah langkah efisiensi.
Salah satunya mengoptimalkan bauran energi melalui produksi listrik dari pembangkit non-BBM. Perusahaan juga berupaya menurunkan biaya energi primer dengan mengoperasikan pembangkit energi baru terbarukan seperti biofuel dan solar cell di daerah terpencil dan terisolasi.
Selain itu, lanjut Zulkifli, pihaknya akan berupaya memberlakukan Domestic Market Obliogation (DMO) batu bara dan gas. Dengan begitu, biaya dan suplai energi primer terjamin.
"Kami juga melaksanakan program efisiensi pemeliharaan dan optimalisasi persediaan," kata dia.
Sepanjang semester I 2020, PLN mengantongi laba bersih sebesar Rp 251,6 miliar. Capaian tersebut anjlok 96% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,3 triliun.
Laba bersih BUMN itu turun karena rugi selisih kurs atau nilai tukar sebesar Rp 7,79 triliun. Padahal pada periode sebelumnya, perusahaan mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp 5,03 triliun.
Di sisi lain, PLN mencatat pendapatan dari penjualan listrik naik 1,5% atau Rp 1,96 triliun menjadi Rp 135,41 triliun pada semester tahun ini dari Rp 133,45 triliun pada semester 1 2019. Semua itu diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017.
Secara keseluruhan, sepanjang semester 1 tahun 2020, perusahaan membukukan pendapatan usaha Rp 139,78 triliun meningkat 1,6% dibandingkan semester 1 tahun lalu. EBITDA perusahaan semester 1 tahun 2020 senilai Rp 35,29 triliun dengan EBITDA Margin sebesar 21,4%.
Peningkatan penjualan listrik didukung oleh pertumbuhan jumlah pelanggan, dimana sampai dengan akhir Juni 2020 telah mencapai 77,19 juta atau bertambah sebanyak 3,59 juta pelanggan dari posisi akhir Juni 2019 sebesar 73,6 juta pelanggan. Untuk pertumbuhan infrastruktur ketenagalistrikan sampai dengan Juni 2020, PLN telah menambah kapasitas terpasang pembangkit sebesar 1.285,2 megawatt (MW).
Jaringan transmisi, khususnya untuk evakuasi daya pembangkit yang telah beroperasi, mengalami peningkatan sepanjang 950,9 kilometer sirkuit (kms), dan penambahan kapasitas Gardu Induk sebesar 2.890 Mega Volt Ampere (MVA).
PLN jugua berupaya melaksanakan efisiensi biaya operasional. Biaya pemakaian bahan bakar pada periode semester 1 2020 lebih rendah dibandingkan periode semester 1 tahun lalu. BPP semester 1 2020 hanya Rp 1.368 per kWh, lebih rendah Rp 21 dibanding BPP di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.389 per kWh.