Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menggandeng PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengembangkan bisnis petrokimia. Kedua perusahaan berharap kerja sama itu dapat menekan impor produk petrokimia.
Kedua perusahaan pun menandatangani Head of Agreement (HoA) di Gedung Utama Pertamina, Jakarta, pada Selasa (25/8/), yang disiarkan juga secara daring. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama KPI Ignatius Tallulembang dan Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan dokumen yang ditandatangani merupakan komitmen kedua perusahaan untuk melaksanakan kajian sinergi proyek petrokimia. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan petrokimia dalam negeri yang masih diimpor dalam jumlah yang besar (defisit).
Selain itu, kedua perusahaan ingin mengambil peluang bisnis petrokiomia dalam negeri yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. “Kami menjajaki dan melihat potensi kerja sama pada tahun lalu, melihat peluang pengembangan petrokimia dalam rangka menurunkan impor. Hal tersebut sesuai dengan arahan Bapak Presiden dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pabrik yang menghasilkan import subtitution,” ujar Nicke dalam siaran pers pada Selasa (25/8).
Lebih lanjut, Nicke menyebut masuknya Pertamina ke sektor petrokimia merupakan salah satu pengembangan bisnis dan mitigasi jangka panjang. Bahkan, Nicke menyebut sektor petrokimia bisa menjadi bisnis jangka panjang kedua perusahaan.
Dalam rencana jangka panjang Pertamina hingga 2026 memang disebutkan rencana pembangunan pabrik petrokimia yang diintegrasikan dengan kilang-kilang perusahaan. Saat ini Pertamina telah menghasilkan beberapa produk yang menjadi bahan baku petrokimia.
“Rasanya tepat jika petrokimia menjadi hilirisasi produk kilang-kilang Pertamina. Inilah waktu yang tepat untuk bersinergi karena musuh bersama yaitu bagaimana caranya melawan ketergantungan terhadap impor,” ujarnya.
Pertamina saat ini memiliki proyek pengembangan kilang dengan kemampuan berbasis petrokimia di proyek RDMP Balikpapan, Balongan, Cilacap, dan Dumai. Pertamina berharap pengembangan kilang itu bisa menjadikan produk petrokimia kompetitif dan menjadi pemimpin pasar di Asia.
Di sisi lain, Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Agus Salim Pengestu mengaku senang dengan adanya kerja sama dengan Pertamina dalam bisnis petrokimia. Dengan adanya kerja sama itu, dia berharap industri petrokimia di Indonesia semakin maju.
“Setelah ini kami dapat mulai studi kelayakan, selain itu ada banyak opportunity eksplorasi bisnis petrokimia dalam negeri maupun Asia. Kami yakin bahwa potensi kerja sama di antara kedua pihak masih luas. Proyek-proyek dalam HoA ini hanya langkah awal saja," ujar Agus.
Sebelumnya, Pertamina dan Chandra Asri Petrochemical telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 1 Oktober 2019 untuk menjalin sinergi bisnis petrokimia nasional. Hal itu didasarkan pada tingginya kebutuhan petrokimia di dalam negeri.