Tiongkok Turunkan Impor, Harga Batu Bara Makin Terpuruk

ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Ilustrasi. Harga batu bara merosot karena permintaan impor dari Tiongkok melemah.
Penulis: Sorta Tobing
9/9/2020, 18.40 WIB

Indeks batu bara Indonesia merosot menjadi US$ 22,64 per ton, terendah sejak Argus memulai penilaiannya pada 2008. Nilainya merosot 37,8% dari puncaknya sepanjang 2020 di US$ 36,67 pada pertengahan Februari.

Saat ini para eksportir masih harap-harap cemas apakah Tiongkok akan mengubah kebijakan tak resminya itu dan kembali mengimpor lebih banyak. Kemudian, apakah ekonomi India segera pulih sehingga permintaah batu bara ikut terdongkrak.

Harga Batu Bara Indonesia Turun Terus

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mematok harga batu bara acuan pada September 2020 di US$ 49,42 per ton. Nilainya turun dibandingkan bulan sebelumnya di US$ 50,34 per ton. Penurunannya telah terjadi selama enam bulan berturut-turut, seperti tampak dari grafik Databoks berikut ini.

“Covid-19 telah menyebabkan penurunan impor batu bara Tiongkok sebesar 20% dan permintaan dari India pun belum pulih pasca-lockdown,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi pada 1 September 2020.

Saat ini pemerintah sedang berusaha melakukan diversifikasi pasar. Targetnya adalah Vietnam yang potensi konsumsi batu bara masih berpeluang untuk tumbuh.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyebut para produsen saat ini sedang dalam survival mode. Permintaan turun tapi pasokan berlebih. “Dari sisi suplai, produksi di Indonesia serta pemasok lain, seperti Rusia dan Australia, relatif berjalan normal,” ucapnya pada pekan lalu.

Halaman: