Medco EP Natuna menemukan tambahan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Sumur Eksplorasi Terubuk-5 yang berlokasi di Wilayah Kerja South Natuna Sea Block B. Dari hasil pengeboran ditemukan 2.287 barel minyak per hari (BOPD), 32,89 juta kaki kubik per hari gas (MMSCFD), dan 304,1 barel kondesat per hari (BCPD).
Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan keberhasil ini merupakan langkah baik untuk meningkatkan produksi migas. “Dari ketiga hasil interval pengeboran sumur, Sumur deliniasi Terubuk-5 terbukti mengalirkan hidrokarbon berupa minyak dan gas,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (14/9).
Struktur Terubuk merupakan salah satu penemuan yang sudah lama tidak dikembangkan. Potensi blok migas di area tersebut telah ditemukan pada 1972 oleh ConocoPhillips Indonesia. Beberapa kali kontraktor kontrak kerja sama atau KKS melakukan pengeboran sumur appraisal hingga 2000. “Namun, karena dinilai belum ekonomi, tidak berlanjut ke fase pengembangan lapangan,” ujarnya.
Keberhasilan Medco EP Natuna menemukan tambahan cadangan menunjukkan potensi hulu migas Tanah Air masih prospektif. SKK Migas sedang mengevaluasi hasil penemuan baru tersebut agar dapat berlanjut ke tahap pengembangan. “Sesuai arahan Kepala SKK Migas, kami harus mempercepat semua cadangan menjadi produksi,” kata Susana.
Salah satu strategi SKK Migas saat ini adalah mempercepat tahap cadangan menuju produksi (resource to production). Harapannya, visi produksi minyak satu juta BOPD dan gas 12 ribu MMSCFD di 2030 dapat tercapai.
Produksi South Natuna Block B Naik
Pada Agustus lalu, SKK Migas sempat menyebut Medco EP cukup agresif dalam melakukan pengeboran sumur eksplorasi di South Natuna Sea B. Langkah ini bertujuan untuk menggenjot temuan cadangan migas baru.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno ketika itu mengatakan Medco telah memulai tajak sumur eksplorasi di Terubuk-5. Padahal, perusahaan baru saja melakukan pengeboran sumur eksplorasi di wilayah itu. “Setelah sumur Kaci-2 kemarin, mereka cukup agresif,” ucapnya. Meskipun terjadi pandemi corona, perusahaan tetap melakukan pengeboran tanpa hambatan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya mengapresiasi upaya Medco mengebor sumur eksplorasi di Natuna. Kegiatan tersebut bukan hanya mendukung usaha peningkatan produksi migas tetapi juga memperkuat kedaulatan Indonesia di pulau terluar. "Kami bersyukur, di tengah pandemi Covid-19, kegiatan eksplorasi ini dapat dilakukan dengan baik,” katanya.
Kinerja migas Medco dari Lapangan Kerisi South Natuna Block B juga terlihat moncer. Produksinya mampu melebihi target yang ditetapkan SKK Migas. Penambahannya dapat meningkatkan produksi siap jual alias lifting migas tahun ini.
Tambahan produksi migasnya berasal dari pengeboran dua sumur di Lapangan Kerisi. Kegiatan pengeboran dilaksanakan dengan cara sidetrack pada sumur yang produksinya telah menurun, yaitu KA-08 dan KA-09.
Setelah pengeboran, sumur KA-09 yang berproduksi mulai 29 Juli 2020 mengalirkan gas sebesar 20 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Sedangkan sumur KA-08 mulai berproduksi pada 9 Agustus 2020 mengalirkan minyak sebesar 5 ribu barel minyak per hari (BOPD). “Pencapaian itu jauh melebihi target awal kedua sumur, masing-masing 8 MMSCFD dan 560 BOPD,” kata Susana.
Produksi migas dari Lapangan Kerisi kemudian dialirkan melalui pipa ke fasilitas Belanak. Lapangan ini berada di Kepulauan Anambas, Provinsi Riau. Produksinya pertama kali pada pada Desember 2007. Wilayah kerja itu sebelumnya dioperasikan oleh ConocoPhillips Indonesia, lalu diakuisisi dan dioperasikan oleh Medco E&P Natuna Ltd sejak 2016.