PT Rekayasa Industri atau Rekind akhirnya memutuskan tidak lagi melanjutkan pembangunan transmisi pipa gas Cirebon-Semarang alias Cisem. Keputusan ini dibuat agar polemik persoalan keekonomian tidak mengganggu kelancaran proyek yang telah masuk Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.
SVP Corporate Secretary & Legal Rekind Edy Sutrisman mengatakan persoalan keekonomian dan pasokan gas menjadi pertimbangan utama untuk tidak melanjutkan pembangunan Cisem. "Rekind memohon maaf atas penyerahan kembali ini dan berharap BPH Migas dapat memahami pertimbangan-pertimbangan yang mendasari keputusan tersebut," ujar dia kepada Katadata.co.id, Kamis (8/10).
Ia menyebut alokasi dana yang harus disiapkan perusahaan dan toll fee antara tahun 2006 hingga 2020 untuk Proyek Cisem sudah tidak sesuai dengan nilai keekonomian saat ini. Tanpa ada kepastian pasokan gas minimum dan penyesuaian tarif toll fee, proyek ini menjadi tidak layak (feasible) dan bankable.
Dalam investasi pengerjaan proyek, Rekind berpegang pada spesifikasi lelang 21 Maret 2006. Nilai investasi yang harus dikeluarkan Rekind sesuai hasil lelang itu adalah US$ 169,41 juta dan toll fee US$ 0,36 per juta British Thermal Unit (MMBTU).
Perusahaan tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan BPH Migas. Salah satunya dalam upaya mempercepat pembangunan proyek ruas transmisi Cisem ini, jika nanti dibutuhkan.
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio membenarkan kabar tersebut. Rekind telah mengembalikan pembangunan transmisi pipa gas Cisem kepada BPH Migas.
Regulator di bidang hilir ini akan merapatkan keputusan Rekind tersebut pada awal pekan depan. "Surat yang diberikan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dari Rekind," ujarnya.
Persoalan Keekonomian Pipa Gas Cisem
Menanggapi hal itu, Anggota DPR Komisi VII Ridwan Hisjam mengatakan BPH Migas harus mulai melakukan tender ulang kembali proyek pipa gas Cirebon-Semarang. "Seharusnya tidak boleh dibilang alasannya keekonomian. Itu salah satu jawaban yang dibuat-buat karena itu kan masalah toll fee," ujarnya.
Dia juga menyadari besaran toll fee yang ditetapkan berpegang hasil lelang 14 tahun lalu. Namun, proyek itu sebenarnya dapat terlaksana dengan penyesuaian. Apalagi, Rekind bisa saja menggandeng investor untuk mengerjakan pembanguanan ini. "Penyesuaaian bisa dilakukan setelah ada pembangunan, dan ini tergantung niat dan keingnan direksi," katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husin mengatakan persoalan keekonomian seharusnya dapat diselesaikan dengan partisipasi pemerintah pusat dan daerah. "Meskipun anak usaha badan usaha milik negara (BUMN), Rekind secara korporasi harus mencari untung juga. Jadi, tidak bisa disalahkan," kata dia
PT Pupuk Indonesia (Persero), sebagai induk usaha Rekind, sebelumnya menyebut proyek ini tidak layak secara keekonomian. Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan hal itu berdasarkan laporan analisis yang ia terima. "Keekonomiannya berubah, cost juga berubah," kata dia dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR, pada Selasa pekan lalu.
Perusahaan siap untuk duduk bersama dengan pihak terkait. Apalagi Rekind juga telah melakukan berbagai kajian, seperti analisis dampak lingkungan atau Amdal dan studi pembuatan desain detail (FEED). "Rekind siap untuk melakukan pembangunannya seandainya jika diharuskan (membangun pipa) di Cisem," ujar dia.
Rekind ditetapkan sebagai pemenang lelang berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 035/Kpts/PL/BPH Migas/Kom/III/2006 tanggal 21 Maret 2006. Spesifikasi penawaran lelang pipa gasnya berdiameter 28 inchi dengan panjang 255 kilometer dan kapasitas 350 hingga 500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Nilai investasinya mencapai US$ 169,41 juta dengan toll-fee US$ 0,36 per juta British Thermal Unit. Tarif yang dijanjikan oleh Rekind lebih efisien karena mendekati toll-fee tertimbang nasional sebesar 0,353 USD per MMSCFD.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan ruas pipa transmisi Cirebon-Semarang mengalami keterlambatan karena terkendala jaminan pasokan gas bumi. PT Perusahaan Gas Negara Tbk telah berkomitmen untuk memasok gasnya.
Namun, hingga sekarang Rekind dan PGN belum menandatangani perjanjian transportasi gas atau GTA. Padahal, tahap ini sangat penting untuk menentukan keputusan investasi final proyek atau FID tersebut.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Agustus lalu telah mendesak agar pipa gas Cisem segera dikerjakan pada pertengahan September 2020. Proyek ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan pesisir utara Jawa.