Bukit Asam Ingin Subsidi Elpiji Dialihkan ke Proyek Gasifikasi

www.ptba.co.id
Ilustrasi. PT Bukit Asam (Persero) Tbk berharap pemerintah memberikan subsidi untuk proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether atau DME di kawasan Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
7/12/2020, 19.19 WIB

Keempat, pemanfaatan sumber daya batu bara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik. Kelima, adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp 800 miliar per tahun. 

Keenam, pemberdayaan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi.

Lemigas Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM telah melakukan uji coba terkait kompor DME. Hasilnya, efisiensi kompor meningkat dari rata rata 61,9% dengan penggunaan elpiji, menjadi 73,4% dengan memakai DME.

Konstruksi Pabrik Gasifikasi Ditanggung Air Product

Arviyan mengatakan, biaya konstruksi pabrik gasifikasi batu bara Sumatera Selatan tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh Air Product. Perusahaan asal Amerika Serikat ini akan menggelontorkan uang sebesar US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 30 triliun. Rencananya pembangunan akan dimulai pada tahun depan hingga  2024. 

Sebagai gantinya, Pertamina dan Bukit Asam memiliki opsi untuk memiliki 40% saham. “Tapi setelah pabrik beroperasi (COD) dan menghasilkan DME terbukti selama satu tahun,” kata Arviyan. 

Ia pun menilai keekonomian proyek akan perusahaan peroleh seiring dengan masifnya penggunaan teknologi yang berkembang. Misalnya, Tiongkok yang berhasil mengubah 400 juta ton per tahun batu bara menjadi DME menggunakan teknologi terkini. 

Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengkritik program gasifikasi batu bara. Proyek gasifikasi yang mengubah batu bara menjadi DME tidak cocok menggantikan LPG. Pasalnya, investasi proyeknya yang mahal.

Dampaknya, DME membutuhkan subsidi jauh lebih mahal ketimbang impor elpiji. “Substitusinya menarik tapi memerlukan subsidi lebih mahal,” katanya pada pekan lalu. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan