Harga minyak dunia kembali menanjak dengan mencapai level tertinggi dalam 11 bulan terakhir. Kontrak Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) telah ditransaksikan di atas US$ 50 per barel. Kenaikan ini dipicu rencana Arab Saudi yang memangkas produksi sebanyak satu juta barel per hari (bph).
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik delapan sen menjadi US$ 54,38 per barel setelah sempat menyentuh US$ 54,90 per barel atau posisi tertinggi sejak masa pandemi Covid-19.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 20 sen menjadi ditutup pada US$ 50,83 per barel, setelah mencapai sesi tertinggi US$ 51,28 per barel.
Arab Saudi yang merupakan eksportir minyak terbesar dunia berencana memangkas produksi satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret. “Pada bulan depan, pasar bullish ini dapat kembali ke level yang lebih tinggi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois dikutip dari Antara, Jumat (8/1).
Tujuh kargo minyak mentah Brent dibeli dan dijual oleh Platts pada Kamis (7/1), jumlah rekor yang menurut sumber perdagangan mencerminkan pasokan yang semakin ketat. "Persediaan yang lebih rendah sama dengan harga yang lebih tinggi," kata kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kebijakan pemangkasan ini merupakan keputusan mandiri Arab Saudi, tanpa membahasnya dengan anggota-anggota OPEC+. Kebijakan pemangkasan yang diumumkan pada hari Selasa lalu setelah Arab memperbaiki hubungan dengan Qatar.
“Kami memberikan hadiah dan kejutan yang indah untuk industri perminyakan. Arab Saudi memperluas dukungannya untuk membantu industri,” ujarnya.
Harga minyak mentah dunia sempat turun ketika pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerbu Capitol AS. Saat itu Trump mendesak mereka untuk memprotes pengesahan Kongres atas kekalahannya dalam pemilihan.
Harga Minyak Indonesia Desember Naik ke US$ 47,7 per barel
Kementerian ESDM menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau ICP pada Desember 2020 sebesar US$ 47,78 per barel atau naik 17,4% dibandingkan November 2020 sebesar US$ 40,67 per barel. Kenaikan ini terpengaruh dimulainya program vaksinasi masal Covid-19 di kawasan Eropa dan Amerika.
"Persetujuan proses vaksinasi menumbuhkan optimisme pasar dan turut memicu permintaan minyak dunia," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi berdasarkan keterangan tertulis, Jumat (8/1).
Kenaikan juga didorong kesepakatan antara negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan aliansinya untuk melanjutkan pemotongan produksi sebesar 7,2 juta barel per hari mulai Januari 2021.
Pada Desember 2020, OPEC melaporkan adanya peningkatan permintaan pasokan anggota-anggotanya pada 2020 sebesar 0,1 juta barel per hari dibandingkan proyeksi sebelumnya menjadi 22,2 juta barel per hari. Di sisi lain, terjadi penurunan pasokan minyak dari negara-negara non OPEC pada 2020 sebesar 0,08 juta barel per hari lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, utamanya dari Brazil, US, UK dan Norwegia.
"OPEC memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,1% dibanding proyeksi bulan sebelumnya, didukung dari Jepang, Brazil, Rusia dan beberapa negara OECD lainnya," kata Agung.
Sentimen lain dari kenaikan ICP adalah optimisme pasar terhadap kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa dengan Inggris pasca-Brexit serta memanasnya kondisi geopolitik di beberapa negara produsen minyak mentah. Misalnya seperti peledakan dua sumur minyak di Kirkuk- Irak dan pelaksanaan kembali pembangunan pipa gas nord stream 2 dari Rusia ke Jerman terhadap penerapan sanksi dari Amerika Serikat.
Sedangkan di kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh permintaan minyak mentah yang kuat di India sebesar 4,34 juta barel per hari pada kuartal 4 pada 2020 dengan rata-rata sebesar 4,14 juta barel per hari, Tiongkok sebesar 13,98 juta barel per hari di kuartal 4 tahun 2020 dengan rata-rata tahun 2020 sebesar 12,81 juta barel per hari dan negara-negara kawasan Asia Pasifik lainnya.
Berdasarkan kajian Tim Harga Minyak Mentah Indonesia, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat di Tiongkok sebesar 2% untuk tahun 2020 dan sebesar 6,9% untuk tahun 2021 dan Jepang meningkat sebesar 0,5% lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu -5,2% di tahun 2020 dan 2,8% di tahun 2021.