Kapasitas Pembangkit Listrik PLN Hingga April Bertambah 137,8 MW

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.
Pekerja beraktivitas di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (Gitet) transmisi Jawa bagian timur dan Bali di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (8/4/2020).
26/5/2021, 08.30 WIB

PLN mencatat tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga April 2021 mencapai 137,8 megawatt (MW). Sedangkan pertambahan transmisi hingga mencapai 354,7 kilometer sirkuit dan pembangunan gardu induk baru 1.580 mega volt ampere (MVA).

Adapun, sepanjang tahun 2020, pertambahan kapasitas pembangkit PLN yang beroperasi telah mencapai 3.072 MW. "Pada 2020 penambahan sebesar 3.072 MW, hingga April tahun ini 137,8 MW," kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (25/5).

Zulkifli juga menyampaikan hingga Maret 2021 penjualan listrik perusahaan tercatat telah mencapai 62,9 ribu giga watt hour (GWH). Sementara susut jaringan pada sistem kelistrikan PLN mencapai 8,96%.

Dari sisi keandalan operasi PLN pada kuartal pertama tahun ini juga mengalami perbaikan. Durasi padam pada kuartal pertama tahun ini mencapai 161,6 menit per pelanggan, lebih baik daripada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 278,3 menit per pelanggan.

Sedangkan untuk rasio elektrifikasi hingga Maret 2021 telah mencapai 99,3%. Perusahaan pun berupaya untuk memaksimalkan capaian hingga 100% terutama di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal). "Kami sampaikan pada 2021 desa terlistriki 82.630 desa atau 99,59%," ujar bos PLN.

Simak databoks berikut ini:

Selain itu, Zulkifli menyampaikan bahwa pada kuartal pertama tahun ini PLN berhasil memperbaiki profitabilitasnya dengan meraih laba sebesar Rp 5,2 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu PLN merugi Rp 13,9 triliun.

Namun PLN berhasil menutup tahun 2020 dengan raihan laba bersih Rp 5,95 triliun, naik Rp 1,68 triliun atau (39%) dibandingkan setahun sebelumnya sebesar Rp 4,27 triliun. Lonjakan laba bersih ini terjadi di tengah turunnya pendapatan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan melalui keterbukaan informasi, pendapatan usaha perusahaan setrum pelat merah ini dalam setahun turun Rp 14,19 triliun atau 3,95% dari Rp 359,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 345,41 triliun.

Zulkifli mengatakan kenaikan laba ini berkat adanya efisiensi di tengah pandemi Covid-19. Terutama di sisi teknis dan operasional serta inovasi-inovasi melalui Program Transformasi PLN yang dijalankan sejak April 2020.

“Pencapaian ini merupakan hasil dari Transformasi PLN, yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan," ujar Zulkifli.

Menurutnya laba bersih PLN 2020 bisa bertambah sebesar Rp 13,6 triliun, jika tidak mempertimbangkan pencatatan unrealized loss selisih kurs sebesar Rp 7,7 triliun, serta tambahan pengakuan pendapatan dari penyambungan pelanggan sebesar Rp 5,9 triliun, jika pencatatannya belum menerapkan PSAK 72.

Program Transformasi yang berjalan sejak tahun lalu telah memperkuat daya tahan PLN di situasi pandemi, bahkan dapat membukukan peningkatan laba bersihnya. Meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun.

Adapun pendapatan terdiri dari pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp 274,9 triliun, turun Rp 1,16 triliun (0,42%) dibanding setahun sebelumnya sebesar Rp 276,06 triliun. Termasuk didalamnya subsidi stimulus Covid-19 sebesar Rp 13,8 triliun untuk membantu 33 juta pelanggan.

Selain itu terdapat pendapatan subsidi sebesar Rp 48 triliun yang menjangkau 37 juta pelanggan dan kompensasi Rp 17,9 triliun untuk 42 juta pelanggan.

Reporter: Verda Nano Setiawan