Dukung Target Emisi Nasional, PGN Genjot Pemanfaatan Gas Bumi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Pegawai Rumah Makan Ny.Suharti memeriksa aliran gas di Gaslink PGN di Rawamangun, Jakarta, Senin (8/6/2020). PGN terus memperluas pemanfaatan gas bumi ke pelaku usaha untuk membantu pelaku usaha seperti industri menengah, restoran, hotel dan lainnya sehingga pelanggan dapat menghemat lebih dari 20 persen dibandingkan pemakaian bahan bakar lain.
30/6/2021, 20.08 WIB

PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN bakal menggenjot pemanfaatan gas bumi guna mewujudkan bauran energi nasional yang bersih dan ramah lingkungan. Terutama dalam masa transisi energi saat ini.

Indonesia memiliki target penurunan emisi di sektor energi sebesar 377 juta ton CO2 pada 2035. Adapun gas bumi bisa menurunkan emisi sekitar 40% dibandingkan energi lain seperti batu bara dan minyak bumi.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Heru Setiawan mengungkapkan ada faktor-faktor yang menyebabkan adanya prospek positif akan kebutuhan gas sebagai energi bersih dalam 15 tahun ke depan.

"Prospek peningkatan permintaan tersebut, dapat mendatangkan banyak investor yang dibarengi juga dengan penggunaan teknologi rendah karbon,” kata Heru dalam keterangan tertulis, Rabu (30/6).

Pertama, adanya regulasi dari pemerintah yang menjadikan posisi gas bumi semakin penting sebagai transisi energi dari fosil fuel menuju energi yang ramah lingkungan. Khususnya seiring dengan adanya perjanjian Paris, sehingga permintaan terhadap energi terbarukan akan meningkat.

Kedua, adanya permintaan energi gas baik dari sektor retail maupun komersial yang semakin meningkat dan menginginkan energi yang bersih dan rendah karbon.

Menurut Heru upaya-upaya optimasi pemanfaatan gas bumi di Indonesia mulai dilakukan secara massif. PGN sebagai Subholding Gas mendapatkan penugasan dari pemerintah melalui Kepmen 13/2020 untuk mengkonversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) di 52 pembangkit listrik melalui program gasifikasi.

“Dilihat dari kapasitasnya yang besar sekali sekitar 1,8 giga watt (GW) dan berada di tempat-tempat terpencil khususnya di Indonesia tengah dan timur, ini menjadi tantangan bagi PGN untuk membuat skema logistik yang tepat dan menyediakan gas bumi dengan moda beyond pipeline atau non pipa," ujar Heru.

PGN juga akan menyediakan gas bumi ke kilang-kilang milik Pertamina. Saat ini sudah terlaksana head of agreement (HoA) dengan refinery unit (RU) IV Cilacap di mana PGN akan menyuplai gas liquefied natural gas (LNG) ke RU IV Cilacap ramp up sampai dengan 111 BBTUD selama 20 tahun ke depan.

Hal ini menjadi prospek ke depan, khususnya peluang pasokan gas di Jawa Bagian Selatan. Penyaluran gas ke Kilang Pertamina juga akan dilakukan di TPPI Tuban dan Kilang RU V Balikpapan. PT Pertagas dengan Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah bekerja sama dalam rangka penyediaan fasilitas genyaluran gas untuk Kilang RU V Balikpapan.

Saat ini sedang dibangun pipa oleh Pertagas kurang lebih 72 kilometer. Namun kemungkinan nantinya dapat berubah, bisa jadi akan lebih banyak menggunakan LNG dan beyond pipeline.

Direktur Sales dan Operasi PGN, Faris Aziz mengatakan bahwa PGN menyediakan gas bumi dengan volume yang cukup besar ke Kilang Balongan sehingga terjadi efisiensi energi. Selain itu, PGN juga sudah mulai menyuplai gas ke industri Pupuk Kujang sekitar 25 BBTUD, yang kemungkinan akan bertambah volume penggunaan gasnya.

“PGN diminta untuk menyuplai gas di kawasan industri. Sudah dilakukan HoA dengan kawasan industri Kendal dan kawasan industri terpadu Batang yang juga menjadi peluang yang bagus,” ujar Faris.

Faris sependapat bahwa prospek positif bisnis gas ke depan juga dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan akan energi, di mana dunia menginginkan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Era dekarbonisasi nantinya harus difokuskan salah satunya dengan peningkatan penyaluran gas. “Kebutuhan gas sebagai energi bersih masih tinggi sampai tahun 2035,” ujar Faris.

Reporter: Verda Nano Setiawan