SKK Migas: Pandemi Gerus Produksi 20 Ribu Barel, Investasi Turun 27%

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas berkomunikasi saat memeriksa Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3, Desa kalentambo, Pusakanagara, Subang, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020). Pertamina EP menargetkan produksi minyak pada tahun 2020 sebesar 85.000 barel per hari (BOPD) dan gas 932 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
1/9/2021, 18.21 WIB

SKK Migas menyampaikan pandemi Covid-19 telah menggerus investasi migas di Indonesia sekitar 27%. Tak hanya itu, produksi migas juga turut turun hingga sebesar 20 ribu barel per hari (bph).

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pandemi Covid-19 telah berdampak pada turunnya capaian lifting migas sebesar 20 ribu bph tahun ini. Sementara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2021, lifting migas ditetapkan sebesar 705 ribu barel per hari.

"Karena adanya pandemi ini kita kehilangan sekitar 20 ribu barel per hari, jadi tentu ini membuat tugas kita lebih berat," katanya dalam Acara IPA Convex 2021, Rabu (1/9).

Untuk itu, perlu kerja keras guna meningkatkan rencana jangka panjang sektor ini. Adapun guna menggenjot iklim investasi di Indonesia, SKK Migas bersama Kementerian Keuangan telah mengupayakan berbagai hal agar membuat investasi meningkat.

Adapun guna mengejar target produksi minyak 1 juta barel, SKK Migas menargetkan pengeboran sebanyak 616 sumur tahun 2021. SKK Migas juga mengupayakan monetisasi lanjutan dari potensi blok eksplorasi dan area terbuka.

"Jadi komersialisasi ini khususnya untuk potensi yang ada harus bisa dilakukan untuk mengundang investasi di Industri ini. Khususnya di Indonesia dan kita juga butuh pendukung sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya," katanya.

Selain tantangan dari pandemi Covid-19, industri hulu migas juga dihadapkan dengan munculnya pengembangan energi terbarukan yang semakin masif. Meski begitu, ia menilai jika peran minyak dan gas bumi, khususnya gas di Indonesia masih cukup besar.

Untuk minyak walaupun akan ada pengembangan EBT secara masif, namun harus diakui jika konsumsi minyak di masa mendatang akan jauh lebih besar di tahun 2050. Adapun jika dibandingkan pada hari ini maka akan ada peningkatan sebesar 130%.

"Jadi walaupun kita akan mencapai target 1 juta barel kita masih belum cukup memenuhi konsumsi energi di sma depan," ujarnya.

Menteri ESDM Arifin Tasrif optimis target produksi 1 juta barel minyak per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (bscfd) pada 2030 bakal tercapai. Meskipun, peningkatan produksi minyak di level 1 juta barel menjadi tantangan tersendiri.

Meski begitu, dengan temuan dari kegiatan survei seismik 2D terpanjang yang dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, pihaknya melihat masih ada prospek untuk mengejar target tersebut.

Setidaknya, terdapat lima area fokus produksi minyak yang dihasilkan dari kegiatan seismik tersebut, yakni Timor, Seram, Buton, Warim, dan play yang sejenis dengan Cekungan Salawati.

Selain itu, juga terdapat area fokus di Central Sumatra dan Kalimantan Timur, termasuk di area Blok Rokan. “Angka saat ini dari prospek area tersebut menunjukkan prospek yang memungkinkan untuk meningkatkan produksi minyak di 2030,” kata Arifin.

Reporter: Verda Nano Setiawan